Cari Disini

Lombok (Tanaman Cabai)


STUDI POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex) DAN KEBERADAAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DENGAN KONDISI TANPA DAN DENGAN APLIKASI PESTISIDA
The Study of Bactrocera dorsalis Complex Population and Natural Enemy Existence on Capsicum annum L.  were Pesticide and Without Pesticide Application

Kukuh Nugroho 

Mahasiswa Program Pascasarjana UNIBRAW Malang

Moch. Sodiq

Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Surabaya

Gatot Mudjiono

Dosen Fakultas Pertanian Unibraw Malang



ABSTRAK

Pengendalian menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik bagi para petani untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.  Sedangkan dampak yang ditimbulkan pestisida terhadap komplek fauna lain maupun  terhadap penurunan populasi serangga hama itu masih belum diperhatikan petani.  Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan populasi lalat buah, komplek fauna lain, indek keragaman dan intensitas serangan hama lalat buah.  Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara Petak Terbagi dengan  perlakuan penggunaan pestisida dan tanpa penggunaan pestisida sebagai petak utama. Sedangkan varietas yaitu varietas cabai keriting dan cabai merah besar sebagai anak petak, masing-masing perlakuan di ulang tiga
                Hasil penelitian menunjukkan populasi larva, pupa dan imago  lalat buah pada perlakuan cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A1) lebih tinggi dibandingkan dengan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), cabai keriting (B2) dengan pestisida (A2) atau tanpa pestisida (A1).   Intensitas serangan tertinggi terjadi pada perlakuan varietas cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A2) yaitu 26,27 %.  Populasi musuh alami (Opius longicaudatus) pada perlakuan cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A1) lebih tinggi daripada perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (B2) dan komplek fauna lain pada perlakuan tanpa pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi pestisida.   Indek keragaman fauna pada perlakuan dengan pestisida lebih rendah  dibandingkan perlakuan tanpa pestisida tetapi kondisi keragaman fauna keduanya sama-sama rendah.   Sedangkan produksi pada cabai besar (B1) dengan pestisida (A2) lebih tinggi dibandingkan dengan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) dan antar peerlakuan cabai keriting (B2) dengan pestisida (A1) atau tanpa pestisida (A2) tidak terjadi perbedaan.
Kata Kunci  :  Lalat buah, pestisida, cabai, populasi dan fauna lain.

ABSTACT

                Control to use pesticide inclined to be the best choice for the farmers to get satisfy yield without attention environment condition.  While the impact was emerged pesticide against other fauna complex and against descent of the pest population still haven’t been attentioned the farmers.  The study was aimed to determine development populations of Bactrocera dorsalis Complex, other fauna complex, variability index and attack intencity of Bactrocera dorsalis Complex. The research use the split plot design with three replications.  The main plot were pesticide  and without pesticide application.  The sub plot were variety of cabai that are cabai keriting and cabai merah besar.
                The result of the research showed that larvae, pupa and imago population of Bactrocera dorsalis Complex  on the treatment of cabai besar (B1) without pesticide application (A1) higher than cabai besar (B1) with pesticide (A2), cabai keriting (B2) with pesticide (A2) or without pesticide (A1).  The highest attack intencity was the treatment of cabai besar  (B1) without pesticide application (A2) that is  26.27 %.  Opius longicaudatus on the treatment of cabai besar (B1) without pesticide application (A1) higher than cabai besar treatment (B1) with pesticide (B2) and other fauna complex on the treatment without pesticide higher than pesticide application.  The variability index of fauna on treatment with pesticide lower than the treatment without pesticide but the condition of fauna variability both are at the same low.  While the product of cabai besar (B1) with pesticide (A2) higher than cabai besar (B1) without pesticide (A1) and between the treatments cabai keriting (B2) with pesticide (A1) or without pesticide (A2) were not different.

Keyword  :  Fruitfly, pesticide, papper, population, and other fauna

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

Tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran, buahnya sebagai bahan penyedap rasa dan sebagai pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia.  Kebutuhan cabai semakin meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya menu makanan.  Selain itu, cabai juga penting sebagai komodite ekspor non migas yang dapat meningkatkan devisa negara (Imdad et al.,  1994)    Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman cabai masih mengalami hambatan, antara lain adalah adanya serangan hama lalat buah Bactrocera dorsalis Complex (Tephritidae,  Diptera).   Lalat buah merupakan salah satu hama utama cabai yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar karena merusak buah.  Kerusakan akibat serangan lalat buah berkisar antara 12 -20 % pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat mencapai 90 % (Vos,  1994).   Hasil penelitian Vos (1994) terhadap hama lalat buah yang menyerang tanaman cabai besar pada dataran rendah khususnya di Jawa Timur (Probolinggo, Lumajang dan Tuban) menunjukkan bahwa perkembangan populasi tertinggi lalat buah terjadi pada saat penanaman cabai akhir musim kemarau (bulan September sampai dengan Pebruari).
Sampai saat ini pengendalian hama lalat buah cabai yang dilakukan oleh petani adalah menggunakan  pestisida.  Pengendalian dengan menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik bagi para petani untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan  (Hooper, 1988).
Penyemprotan pestisida pada buah mangga, jambu biji, nangka, belimbing dan pepaya dilakukan setiap minggu, bahkan masih banyak lagi buah yang mempunyai siklus lebih pendek (cabai) umumnya dilakukan penyemprotan dengan interval lebih pendek daripada penyemprotan pada buah yang mempunyai siklus panjang.   Penyemprotan terakhir kali terhadap buah biasanya terjadi sampai pada saat buah masak (menjelang panen) untuk mendapatkan kualitas buah yang baik.  Proses pengendalian dengan menggunakan pestisida secara terjadwal dan terus-menerus akan meninggalkan residu pestisida tinggi pada buah dan berbahaya terhadap manusia yang memakan buah tersebut setelah masak, sehingga masih diperlukan masukan metode yang lebih aman dalam penggunaan pestisida (Vijaysegaran, 1981).
Penggunaan pestisida oleh petani mempunyai dampak yang menguntungkan  dan merugikan terhadap petani serta keragaman serangga di lahan pertanian,  keuntungannya yaitu : 
(1)       Pengendalian dengan pestisida sangat mudah dilakukan oleh petani tanpa memerlukan keahlian khusus.
(2)       Penurunan populasi serangga sasaran dapat dilihat secara langsung         setelah aplikasi pestisida. 
Penggunaan pestisida tidak tepat akan menimbulkan kerugian yaitu :
(1)           Meninggalkan residu pada produk (hasil) pertanian yang membahayakan manusia dan dapat menimbulkan pencemaran   lingkungan lahan  pertanian sehingga mematikan fauna berguna lainnya
(2)           Penggunaan pestisida menjadi tidak efektif lagi karena serangga yang tidak mati setelah aplikasi pestisida akan menurunkan keturunan yang tahan (resisten) terhadap pestisida tersebut
(3)           Menimbulkan kematian serangga bukan sasaran termasuk musuh alami yang dapat menekan perkembangan populasi bukan hama utama sehingga dengan kematian musuh alami akan memacu serangga yang bukan hama utama menjadi hama utama (Ennis, 1979).
                Walaupun demikian studi pengaruh penggunaan pestisida terhadap hama lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex) dan komplek fauna lainnya, khususnya pada tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) masih belum dilakukan.

 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.       Mengetahui perkembangan populasi lalat buah pada dua varietas cabai besar dengan dan tanpa aplikasi pestisida sistemik metamidofos.
2.       Mengetahui keberadaan musuh alami yang menyerang lalat buah dan fauna lain pada dua varietas cabai besar dengan dan tanpa aplikasi pestisida sistemik metamidofos.
3.       Mengetahui intensitas serangan hama lalat buah pada dua varietas cabai besar dengan dan tanpa aplikasi pestisida sistemik metamidofos.
4.       Mengetahui tingkat keragaman komplek fauna yang berada pada petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida sistemik metamidofos.

 

METODE PENELITIAN

 
Tempat dan Waktu
                Penelitian dilaksanakan di lahan petani, di Desa Paras, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, dengan ketinggian +  700 m di atas permukaan laut.  Penelitian berlangsung mulai bulan Agustus  2000 sampai dengan bulan Januari  2001.

Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara Petak Terbagi dengan  perlakuan penggunaan pestisida dan tanpa penggunaan pestisida sebagai petak utama. Sedangkan varietas yaitu varietas cabai keriting dan cabai merah besar sebagai anak petak, masing-masing perlakuan di ulang tiga kali.  Jarak antar anak petak perlakuan varietas adalah 1 m.   Jarak antar petak utama yaitu perlakuan dengan atau tanpa pestisida adalah 2 m.  Luas areal penelitian seluruhnya 470 m2. Infestasi lalat buah  dibiarkan secara alami. Masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut :
A    :   Aplikasi pestisida (Petak Utama)
A1  :   Tanpa aplikasi pestisida
A2  :   Dengan aplikasi pestisida
B   :  Varietas yang digunakan (Anak Petak)
                B1   :  Cabai Besar 
                B2   :  Cabai Keriting

Pengamatan meliputi :
Populasi Lalat Buah
Pengamatan dilakukan interval 3 hari dengan cara menghitung banyaknya larva yang terdapat pada seluruh buah terserang dari setiap tanaman contoh.  Larva yang telah diamati dipelihara bersama dengan buah terserang dalam kotak-kotak plastik dengan pasir steril dan pupa berasal  dari larva juga dipelihara dalam botol-botol plastik dengan pasir steril yang dijaga kelembabannya, dengan menyemprotkan air dan di atasnya ditutup kain kasa, untuk melihat infestasi  musuh alami (parasitoid) yang memarasit larva dan pupa. Pengamatan imago jantan lalat buah buah cabai dilakukan interval 6 hari dengan menggunakan perangkap methyl eugenol yang dipasang di areal pertanaman cabai dengan jumlah 2 perangkap. 

Intensitas Serangan
Pengamatan intensitas serangan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang terserang oleh lalat buah (buah menjadi busuk dengan adanya tanda titik hitam pada bagian kulitnya) dan menghitung buah yang tidak terserang pada tanaman cabai.   Pengamatan terhadap buah yang terserang dilakukan pada tanaman contoh.  Pengamatan dilakukan dengan interval 3 hari, selama tanaman cabai tersebut masih menghasilkan buah.

Pengamatan komplek fauna lain
Pengamatan terhadap fauna lain dengan menggunakan perangkap kuning (yellow trap) yaitu dengan menghitung banyaknya spesies dan jumlah fauna dalam spesies yang tertangkap. Satu perangkap kuning diletakkan pada masing-masing petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida, yang diganti dan diamati setiap enam hari sekali.  Pengamatan juga dilakukan dengan mengamati secara langsung (visual count method) banyaknya fauna yang terdapat pada tanaman cabai yang diperlakukan dengan dan tanpa pestisida.  Pengamatan secara langsung dilakukan dengan metode diagonal pada masing-masing petak perlakuan yang diamati setiap enam hari sekali.
Indeks Keragaman
                Indeks keragaman serangga dihitung dengan menghitung jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan yellow trap atau pengamatan  langsung dengan dengan metode diagonal.

Produksi Buah
Berat cabai (gram/tanaman) dihitung secara keseluruhan (tanaman contoh) selama panen, karena dalam satu musim tanam, tanaman cabai dapat dipanen 6 – 8 kali panen.  Tanaman contoh ditentukan dengan metode diagonal (Gambar. 5) 

Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian ini adalah :
(1)    Menghitung jumlah larva, pupa dan imago yang berasal dari larva yang didapat dari lapang (dipelihara di dalam botol plastik), serta mengamati banyaknya imago jantan yang tertangkap oleh perangkap methyl eugenol
(2)            Menganalisa kandungan senyawa protein, karbohidrat, Capsaicin, dan air
(3)            Mengamati keberadaan musuh alami yang menyerang hama lalat buah pada        
             pertanaman cabai 
(4)            Persentase serangan lalat buah pada masing-masing tingkat kerusakan buah    
          dengan menggunakan  Rumus  :
                                      A
                 I    =                        X  100  %
                                    A + B

                Keterangan :
              I :  Intensitas serangan lalat buah dalam persentase
              A : Banyaknya buah yang terserang lalat buah
              B : Buah cabai yang tidak terserang lalat buah
(5)      Indek Keragaman Biota
                Pengukuran Indek Keragaman Biota (serangga hama dan musuh alami) pada perlakuan dengan dan tanpa pestisida dengan formula Indeks keseragaman  “Shannon dan Wiever” (Price, 1975) dengan rumus sebagai berikut  :
                                H’  = - S  pi  loge  pi

             H’ adalah simbol tingkat keragaman
              log e  adalah logaritma bilangan alami :  2,718
             pi  adalah bagian individu dalam spesies
              Tanda negatif (-) didepan S akan membuat nilai H’ menjadi positif
(6)       Produksi Buah
                Produksi buah dihitung dari jumlah total produksi selama pemanenan yang dilakukan 6-8 kali panen dalam satu musim tanam. 
(7)       Analisis Data
              Data yang diperoleh dari perlakuan di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova).  Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf (BNT) 5 %.   Produksi (buah) cabai diuji dengan menggunakan uji t test.


  HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap Serangga Hama

 

Populasi Larva




33
 
Hasil analisis ragam terhadap populasi larva pada saat pengamatan ke 9 sampai 20 disajikan pada Tabel lampiran 1 dan Gambar 1.    Tabel lampiran 1, menunjukkan bahwa pada saat pengamatan ke 9 dan 10, masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata walaupun sudah ditemukan populasi larva. Pengamatan ke 11 sampai 18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A1) mempunyai populasi larva tertinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida.   Hal ini menunjukkan bahwa varietas cabai merah besar yang tidak diaplikasi pestisida lebih disukai oleh imago lalat buah untuk bertelur, karena tidak adanya faktor penghalang (senyawa kimia) yang akan mengganggu aktifitasnya.  Sesuai dengan pendapat Sastroutomo (1992), yang menyatakan jika suatu lahan pertanian tidak diaplikasi dengan pestisida akan mempermudah terjadinya serangan serangga hama.   Pada perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), populasi larva ditemukan pada saat pengamatan ke 17 sampai 19,  hal ini disebabkan penggunaan pestisida sehingga dapat menekan perkembangan populasi larva tetapi terjadi penyebaran populasi lalat buah dari cabai besar tanpa aplikasi pestisida.   Fery dan Cuthbert (1973) dalam Smith (1973) menyatakan bahwa populasi serangga akan mengikuti keberadaan pakan, sehingga akan terjadi pemencaran serangga jika jumlah pakan yang tersedia menurun.
                       
 
Gambar  1.  Populasi larva  Bactrocera dorsalis Complex

Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi larva).  Hal ini menunjukkan bahwa larva lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan dipengaruhi oleh bahan kimia yang ada dalam buah. Kualitas dan kuantitas pakan dari larva dan imago berpengaruh terhadap perkembangan, keperidian dan ketahanan hidup serangga.  Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin, mineral, air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian serangga (Bateman,  1972). Beberapa ahli menyatakan bahwa pemilihan pakan oleh serangga tergantung pada kandungan nutrisi.  Rangsangan makan, timbul karena adanya zat perangsang makan seperti gula, lipida dan asam amino (Atkins, 1980).

Populasi Pupa



Hasil analisis ragam terhadap populasi pupa dari larva Bactrocera dorsalis Complex dari pengamatan sebelumnya masing-masing perlakuan disajikan Tabel lampiran 2 dan Gambar 2.  Tabel lampiran 2, menunjukkan bahwa populasi  pupa yang terbentuk mengikuti populasi larva pada pengamatan sebelumnya. Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) mulai terbentuk pupa pada saat pengamatan ke 9 dan 10, tetapi tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 8).   Sedangkan pada saat pengamatan ke 11 sampai  18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) didapatkan populasi pupa tertinggi daripada ketiga perlakuan lainya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida.   Populasi pupa berasal dari larva teramati sebelumnya,  karena tidak adanya pengaruh pestisida terhadap larva maka pupa yang terbentuk pada perlakuan ini juga tertinggi.  Penggunaan pestisida sistemik yang terbawa ke dalam seluruh jaringan tanaman akan berpengaruh terhadap perkembangan dan populasi larva lalat buah.  Sedangkan jika suatu lahan pertanian tidak diaplikasi dengan pestisida akan mempermudah terjadinya serangan serangga hama (Sastroutomo, 1992).  Pada pelakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), populasi pupa ditemukan pada saat pengamatan ke 17 sampai 19.   Hal ini menunjukkan penggunaan pestisida dapat menekan perkembangan lalat buah, tetapi terjadi penyebaran populasi lalat buah dari cabai besar tanpa pestisida yang populasinya tinggi.  Isnadi  (1988), menyatakan bahwa insektisida khloropirofos dapat mengendalikan hama lalat buah pada tanaman cabai, melon, mentimun dan jenis labu-labuan lainya. 

Gambar  2.  Populasi pupa Bactrocera dorsalis Complex

Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi pupa yang terbentuk dari larva berasal dari pengamatan sebelumnya.  Hal ini menunjukkan bahwa larva lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah sehingga tidak terjadi pembentukan pupa. Bateman (1972), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas bahan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi larva, pupa dan  imago lalat buah.  Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian serangga.




Gambar 3.  Populasi imago betina


Populasi Imago
Hasil analisis ragam terhadap populasi imago betina masing-masing perlakuan berasal dari pupa pengamatan sebelumnya disajikan pada Tabel 3 dan Gambar  3.    Tabel 3, menunjukkan bahwa populasi  imago betina terbentuk berasal dari pupa  pada pengamatan sebelumnya.  Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) mulai terbentuk imago betina pada saat pengamatan ke 9 dan 12, tetapi tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 3).   Sedangkan pada saat pengamatan ke 13 sampai  18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1), ditemukan populasi imago betina tertinggi dibandingkan ketiga perlakuan lainnya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida.  Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berpengaruh terhadap larva untuk memperoleh pakan cukup baik kuantitas atau kualitas sehingga akan berpengaruh terhadap munculnya imago.  Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian-bagian tanaman tersebut.  Jika tanaman terlindungi oleh pestisida maka akan menekan serangan hama bahkan menyebabkan kematian pada serangga hama (Vijaysegaran, 1989). Perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), populasi imago betina yang muncul pada pengamatan ke 17 sampai 19.   Imago betina yang muncul berasal dari larva pengamatan sebelumnya, penggunaan pestisida berpengaruh terhadap  perkembangan larva yang akan menjadi imago betina lalat buah.  Sehingga imago betina yang terbentuk juga dipengaruhi oleh penggunaan pestisida. Duskarno et al., (1991), dalam penelitianya menunjukkan bahwa pestisida organofosfat dapat menekan populasi lalat buah pada tanaman cabai besar di kabupaten Brebes.  Penggunaan pestisida organofosfat dengan formulasi 0,3 % mampu menekan populasi lalat buah menjadi paling rendah dibandingkan dengan penggunaan pestisida dengan formulasi  0,075 % dan 0,15 %.
    Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi imago betina yang terbentuk dari pupa yang berasal dari pengamatan sebelumnya.. Hal ini menunjukkan bahwa lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah, sehingga imago  tidak meletakan telur berakibat imago betina yang muncul dari pupa pengamatan sebelumnya pada perlakuan ini juga tidak terjadi. Sesuai pendapat Ros  et al.,  (1982), yang menyatakan bahwa perkembangan populasi serangga pada pertanaman akan sangat terpengaruh oleh keberadaan pakan yang tersedia.  Jika jumlah pakan yang tersedia kurang maka perkembangan dan jumlah populasi dari serangga tersebut akan terhambat.



Hasil analisis ragam terhadap populasi imago jantan masing-masing perlakuan berasal dari pupa pengamatan sebelumnya disajikan pada Tabel.  4 dan Gambar  4.   Tabel  4 menunjukkan bahwa perkembangan populasi imago jantan hampir sama dengan perkembangan populasi imago betina yang terjadi sebelumnya.  Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) juga mulai muncul imago jantan pada saat pengamatan ke 9 dan 12, tetapi tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 4).  
  

Gambar  4.  Populasi imago jantan  Bactrocera dorsalis Complex

Sedangkan pada saat pengamatan ke 13 sampai  18, kombinasi perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1),  populasi imago jantannya tertinggi daripada ketiga perlakuan lainnya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida.  Hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan pestisida di lahan pertanian akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan larva yang merupakan stadia awal sebelum terbentuk imago,  jika populasi larva pada perlakuan ini tinggi maka akan mendukung terbentuknya imago jantan yang tinggi pula.   Penggunan pestisida secara sistemik dapat mematikan telur dan larva yang ada di dalam buah. Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian-bagian tanaman.  Jika tanaman terlindungi oleh pestisida maka tidak terjadi gangguan hama bahkan menyebabkan kematian pada serangga hama (Vijaysegaran, 1989).   Pada perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), populasi imago jantan muncul pada pengamatan ke 17 sampai 19.   Imago jantan yang muncul berasal dari pupa pengamatan sebelumnya, karena adanya pengaruh penggunaan pestisida sehingga menekan perkembangan larva yang merupakan stadia sebelum imago.
Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi imago jantan yang terbentuk dari pupa berasal dari pengamatan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah sehingga imago tidak meletakkan telur, menyebabkan imago jantan yang muncul dari pupa pengamatan sebelumnya pada perlakuan ini juga tidak terjadi. Sesuai pendapat Ros  et al.,  (1982), yang menyatakan bahwa perkembangan populasi serangga pada pertanaman akan sangat terpengaruh oleh keberadaan pakan yang tersedia.  Jika jumlah pakan yang tersedia kurang maka perkembangan dan jumlah populasi dari serangga tersebut akan terhambat.   Miller dan Miller (1986), menambahkan bahwa serangga akan lebih menyukai pakan atau tanaman inang yang banyak mengandung senyawa-senyawa karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa dan rafinosa), protein, lemak dan kadar air yang tinggi



        Banyaknya imago yang tertangkap dengan methyl eugenol dan imago yang berasal dari larva yang diamati terlihat pada Gambar 5.
   
 Gambar  5. Jumlah imago yang tertangkap dengan methyleugenol dan imago berasal dari larva pengamatan sebelumya

Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah imago jantan tertangkap dengan methyl eugenol pada perlakuan cabai tanpa pestisida lebih tinggi di bandingkan dengan jumlah imago tertangkap pada perlakuan cabai dengan pestisida.   Sedangkan populasi imago jantan berasal dari larva pengamatan sebelumnya, pada petak perlakuan tanpa pestisida lebih banyak dibandingkan dengan yang terdapat pada petak perlakuan menggunakan pestisida.   Perkembangan populasi imago jantan dari larva pengamatan sebelumnya sebanding dengan kenaikan populasi imago jantan yang tertangkap oleh perangkap methyl eugenol.  Duskarno et al., (1991),  menunjukkan bahwa pestisida khloropirofos dapat menekan populasi imago dan larva dari lalat buah pada tanaman cabai besar di kabupaten Brebes.  Penggunaan pestisida khloropirofos dengan formulasi 0,3 % mampu menekan populasi menjadi paling rendah dibandingkan penggunaan pestisida dengan formulasi  0,075 % dan 0,15 %.    Dent dan Walter (1997),  menambahkan bahwa keberadaan jumlah serangga pada suatu pertanaman akan sangat berpengaruh terhadap serangan ataupun populasi serangga tersebut pada tanaman.

Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap Musuh Alami
                Hasil analisis ragam terhadap populasi musuh alami Opius longicaudatus  pada masing-masing petak perlakuan dapat dilihat pada Tabel  1.  Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi musuh alami tertinggi ditemukan pada perlakuan cabai besar (B1) tanpa  pestisida (A1).  Sedangkan pada perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa (A1) ataupun dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi musuh alami.   Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan cabai besar tanpa pestisida terjadi perkembangan hama yang mendukung pula terjadinya perkembangan dari musuh alami.  Sedangkan pada cabai besar dengan pestisida serangan hama lebih rendah, sehingga musuh alami yang ditemukan juga rendah populasinya.  Pada cabai keriting tidak ditemukan lalat buah, sehingga populasi musuh alami juga tidak ditemukan.   Sesuai pendapat Brient dan Atkin (1987), yang menyatakan penggunaan pestisida  akan sangat berpengaruh terhadap hama sasaran dan musuh alami karena kedua serangga tersebut selalu berdampingan.  Musuh alami akan mengalami dua pengaruh karena penggunaan pestisida. Pertama, musuh alami akan terkena secara langsung pestisida.  Kedua, musuh alami yang masih hidup dan bertahan setelah aplikasi pestisida akan kesulitan untuk mendapatkan inang, karena populasi inang sangat rendah.
  
Tabel.  1. Populasi musuh alami (Opius longicaudatus)

Kombinasi perlakuan
Populasi


Data

Tran*)






A1B1
8

2.92c

A1B2
0

0.70a






A2B1
1

1.72b

A2B2
0

0.70a






BNT ( 5 %)  a


0.085

BNT ( 5 %)  b


1.00





Keterangan :     Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak terjadi perbedaan nyata antar perlakuan yang diuji dengan menggunakan BNT 5 %
         *)   Data  :  Data pengamatan
Tran  :  Data yang ditransformasi dengan    Ö  X + 0,5                 
A1B1  =  Varietas cabai besar tanpa pestisida
A1B2  =  Varietas cabai keriting tanpa pestisida
A2B1   =  Varietas cabai besar dengan pestisida                    
A2B2   =  Varietas cabai keriting dengan pestisida
BNT a  =  Pengaruh varietas pada taraf pestisida dan tanpa pestisida
BNT b  =  Pengaruh tanpa pestisida atau pestisida pada taraf varietas yang sama


Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap fauna Lain
Penggunaan insektisida akan berpengaruh terhadap jumlah fauna lain yang berada habitat tanaman cabai.  Fauna lain yang ditemukan pada habitat tanaman cabai berupa hama dan musuh alami.  Hama-hama yang ditemukan menyerang berbagai bagian dari tanaman cabai baik menyerang daun, bunga , buah atau pada saat awal pertumbuhan (setelah pemindahan benih).  Hama yang menyerang daun adalah Kutu daun (Myzus persicae ; Hemiptera), Thrips tabaci (Hemiptera), Tungau (Tetranychus sp. ; Akarina) dan Spodoptera litura (Lepidoptera).  Serangan hama-hama diatas menyebabkan daun menjadi salah bentuk (keriting) dan daun menjadi berlubang-lubang sehingga berpengaruh terhadap proses fotosintesis.   Hama yang menyerang buah adalah Helicoverpa armigera (Lepidoptera) yang memakan buah pada saat muda sehingga buah akan menjadi rusak dan akhirnya buah akan jatuh.   Hama yang menyerang tanaman cabai pada saat pertumbuhan awal adalah ulat tanah (Agrotis ipsilon ; Lepidoptera).   Sedangkan serangga lain yang merupakan musuh alami adalah Coccinela arquata (Coleoptera),  Laba-laba (Arachnida), Semut (Hymenoptera ; Formicidae), Opius longicaudatus (Hymenoptera ; Braconidae),  Trichogramma sp. (Hymenoptera ; Braconidae), Dolichopus sp. (Diptera) dan Drosophila sp. (Diptera). .

Tabel 2.   Jenis komplek Fauna lain yang teramati pada petak perlakuan  dengan dan tanpa pestisida

Fauna
Status
Populasi (ekor/petak)
Penurunan Pop. (%)
Pest.
Tanpa

Laba-laba

M. A
3
9
50
Spodoptera litura
Hama
42
99
40.2
Kutu Daun (Myzus persicae)
Hama
94
124
13.8
Thrips sp.
Hama
395
500
11.8

Tungau (Tetranychus sp.)

Hama
179
312
27.2
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Hama
29
37
12.2
Coccinela arquata
M. A
20
39
32.2
Dolichopus sp.
M. A
11
25
38.8
Trichogramma sp.
M. A
124
419
54.4
Drosophila  spp.
Pengurai
176
210
8.8
Semut
M. A
32
59
29.7
Opius longicaudatus
M.A
3
24
77.7
Helicoverpa armigera
Hama
17
56
53.4
Keterangan :  Data populasi fauna diatas merupakan jumlah populasi serangga secara kumulatif dari pengamatan secara langsung (Visual count method) dan pengamatan dengan menggunakan perangkap kuning (Yellow trap).

Pengamatan terhadap fauna lain yang terdapat pada petak dengan pestisida mempunyai populasi lebih rendah dibandingkan dengan populasi fauna lain yang terdapat pada petak perlakuan tanpa pestisida.  Hal ini diduga penggunaan pestisida sangat mempengaruhi komplek fauna lain yang berada di lahan pertanian tersebut walaupun pestisida digunakan lebih ditujukkan pada hama lalat buah.   Sesuai dengan pendapat Sastroutomo (1992) yang menyatakan bahwa profenofos merupakan bahan aktif yang termasuk dalam organofosfat yang bersifat sistemik yaitu akan terbawa kedalam seluruh jaringan tanaman, sehingga akan berpengaruh terhadap stadia dari serangga yang  menyerang jaringan tanaman baik pada buah maupun batang.

Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap Intensitas Serangan
Hasil analisis ragam terhadap intensitas serangan lalat buah  masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 5.   Tabel 5, menunjukkan bahwa perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) lalat buah mulai menyerang pada saat pengamatan ke 9 dan 12, tetapi semua perlakuan tidak berbeda nyata.   Sedangkan pada saat pengamatan ke 13 sampai  18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) intensitas serangannya tertinggi daripada ketiga perlakuan lainya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida.  Tingginnya intensitas serangan pada perlakuan ini disebabkan tidak adanya pengaruh pestisida yang mengganggu perkembangan dari larva lalat buah.  Penggunaan pestisida sistemik yang terbawa ke dalam seluruh jaringan tanaman akan berpengaruh terhadap perkembangan dan populasi larva lalat buah.  Sedangkan jika suatu lahan pertanian tidak diaplikasi dengan pestisida akan mempermudah terjadinya serangan serangga hama (Sastroutomo, 1992).  Ross et al.,  (1982), menambahkan bahwa keberadaan jumlah pakan yang tersedia akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan dari larva. Perlakuan cabai besar (B1) yang diaplikasi dengan pestisida (A2), intensitas serangan muncul pada pengamatan ke 17 sampai 20, sehingga penggunaan pestisida dapat menekan perkembangan larva yang merupakan stadia merusak dari lalat buah.   Vijaysegaran  (1989),  menyatakan  bahwa penggunaan pestisida secara sistemik akan dapat mematikan telur dan larva yang ada dalam buah.
Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian-bagian tanaman.  Jika tanaman terlindungi oleh adanya pestisida maka akan terjadi gangguan bahkan dapat menyebabkan kematian pada serangga hama.   Sesuai pendapat Bateman (1972), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi larva, pupa dan  imago.  Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian serangga.  
                Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak terjadi serangan dari lalat buah.  Hal ini menunjukkan bahwa bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah buah (cabai keriting) mempengaruhi peletakan telur dari imago, sehingga  tidak ditemukan larva yang  merusak buah cabai. Kualitas dan kuantitas pakan yang tersedia akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari keturunan lalat buah.  Miller dan Miller (1986), menyatakan bahwa serangga akan lebih menyukai pakan atau tanaman inang yang banyak mengandung senyawa-senyawa karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa dan rafinosa), protein, lemak dan kadar air tinggi


Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap Tingkat Keragaman

                Indeks Keragaman “ Shannon-Weaver “ pada kedua areal pertanaman (dengan pestisida dan tanpa pestisida) ditunjukan Tabel  3. 


Tabel.   3.   Indeks Keragaman “ Shannon -Weaver “ pada Perlakuan cabai merah
                   besar dengan Pestisida dan Tanpa Pestisida.

Perlakuan
Indeks Keragaman “ Shannon – Weaver”
H’ = - S pi loge pi
Pestisida
1, 830
Tanpa Pestisida
1,980


Tabel  3  menunujukkan indeks keragaman menurut “Shannon–Weaver “ (H’) pada perlakuan tanpa pestisida adalah 1,988, sedangkan indeks keragaman perlakuan dengan pestisida ialah 1,830 dan terjadi perbedaan tingkat keragaman antara petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida.  Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap populasi serangga dalam masing-masing spesies, tetapi tidak terjadi perbedaan spesies serangga pada petak yang diperlakukan dengan pestisida maupun petak tanpa perlakuan pestisida, hal ini dipengaruhi oleh adanya perpindahan serangga dari petak yang satu ke petak perlakuan lainnya maupun perpindahan dari  tanaman inang di sekitar petak perlakuan.   Johnson dalam Elzinga (1981), menyatakan beberapa serangga mampu untuk melakukan migrasi sampai dengan ratusan kilometer misalnya belalang.  Perpindahan serangga biasanya dilakukan untuk mencari pakan atau untuk memperoleh tempat hidup yang sesuai untuk melakukan perkembangbiakan.  Perpindahan serangga biasanya dilakukan dalam bentuk berkelompok ataupun secara sendiri-sendiri dari satu daerah ke daerah lain sesuai dengan kebutuhan pakan dari serangga tersebut.   Ennis (1979), menambahkan penggunaan pestisida  akan sangat berpengaruh terhadap hama sasaran dan musuh alami karena kedua serangga tersebut selalu berdampingan. Selain itu penggunaan pestisida juga akan berpengaruh terhadap jumlah komplek serangga lain (hama bukan sasaran dan serangga berguna lainya), tanaman, tanah maupun air yang berada di sekitar areal pertanian
Kondisi petak perlakuan dengan dan tanpa perlakuan pestisida walaupun mempunyai nilai indek keragaman berbeda tetapi tingkat keragamanya sama-sama rendah dan mempunyai nilai kesamaan (J’) yang juga rendah yaitu petak dengan pestisida = 0,73 dan tanpa pestisida = 0,79  hal ini disebabkan pada kedua petak perlakuan tersebut terdapat spesies serangga (lalat buah) yang lebih dominan dibandingkan dengan fauna lain. Berkembangnya salah satu serangga menjadi serangga yang dominan akan menyebabkan rendahnya stabilitas ekologi dari petak perlakuan tersebut. Perkembangan populasi lalat buah menjadi serangga dominan disebabkan rendahnya populasi musuh alami O. longicaudatus, kondisi iklim yang sesuai dan ketersediaan pakan yang sesuai untuk perkembangan dari lalat buah.  Populasi juga dipengaruhi oleh adanya perpindahan hama tersebut dari tanaman inang (cabai dan buah-buah) yang banyak tersebar disekitar petak perlakuan.   Sesuai pendapat Price (1975),  menyatakan bahwa di dalam suatu ekologi yang kondisi faunanya beragam maka suatu spesies tidak dapat menjadi lebih dominan daripada fauna lain, sedangkan di dalam komunitas yang kurang beragam maka satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar daripada serangga  lain.  Atkins (1980) menambahkan, pemilihan pakan oleh serangga tergantung pada banyaknya tanaman inang yang tersedia dan kandungan nutrisi pakan tersebut.  Rangsangan makan, timbul karena adanya zat perangsang makan seperti gula, lipida dan asam amino.

Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap Produksi Buah

Produksi buah cabai  merah besar dipanen mulai pada umur 89 hari setelah tanam,  sedangkan buah cabai merah keriting dipanen mulai umur 102 hari setelah tanam.  Hasil (produksi) buah cabai merah besar pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel  4 dan Gambar 6.

Tabel 4. Produksi Tanaman Cabai Besar dan Cabai Keriting








Kombinasi perlakuan



Produksi
 (g/tan)








A1B1



893,50


A2B1



946,80 









A1B2



627,60


A2B2



631,90















Keterangan :       A1B1  =  Varietas cabai besar tanpa pestisida
                              A2B1   =  Varietas cabai besar dengan pestisida                    
                                      A1B2  =  Varietas cabai keriting tanpa pestisida
                                  A2B2   =  Varietas cabai keriting dengan pestisida
                               
Hasil analisis dengan menggunakan uji t terhadap produksi (buah) cabai besar  menunjukkan bahwa perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2) mempunyai produksi buah lebih tinggi (berrbeda sangat nyata) dibandingkan dengan perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) (Tabel 7).  Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida pada tanaman cabai dapat menghambat perkembangan populasi lalat buah, dengan terhambatnya populasi lalat buah akan membuat tanaman cabai menghasilkan buah tertinggi.    Vijaysegaran (1989),  menyatakan bahwa penggunaan pestisida mempunyai pengaruh dan efektifitas yang tinggi dalam mengendalikan populasi lalat buah di lapang.  Penggunaan insektisida non sistemik akan mengakibatkan lalat buah dewasa mati dan insektisida sistemik akan mengganggu proses peletakan telur dan menyebabkan kematian larva.  
Sedangkan hasil analisis dengan uji t terhadap cabai keriting (B2) yang diperlakukan dengan pestisida (A2) atau tanpa pestisida (A1) tidak terjadi perbedaan yang nyata , pada cabai keriting tidak disukai lalat buah karena mempunyai ketebalan (morfologi) buah kecil dan mempunyai rasa yang lebih pedas sehingga mempengaruhi imago dalam peletakan telur dan terhadap ketersediaan pakan bagi larva lalat buah.  Penggunaan pestisida pada cabai keriting tidak berpengaruh terhadap populasi serangga lalat buah yang mengakibatkan produksinya tidak berbeda. 


Sesuai pendapat Atkins (1980) yang menyatakan, bahwa pemilihan pakan oleh serangga tergantung pada banyaknya tanaman inang yang tersedia dan kandungan nutrisi pakan tersebut.  Rangsangan makan, timbul karena adanya zat perangsang makan seperti gula, lipida dan asam amino.    Bateman dalam Papulung dan Samuel (1992), menambahkan bahwa B. dorsalis tertarik pada buah yang berukuran besar, berwarna merah, atau merah agak gelap untuk melakukan kegiatan peletakan telur.




Gambar  6.  Produksi tanaman cabai merah


Pembahasan
Hubungan timbal balik serangga (Bactrocera dorsalis Complex) dan tanamanan inang (cabai merah besar) dalam suatu komunitas lahan pertanian sangat dipengaruhi oleh lingkungan biotik, abiotik dan campur tangan manusia dalam rangka meningkatkan hasil produk pertanian.  Salah satu campur tangan manusia dalam peningkatan produksi pertanian adalah penggunaan pestisida dalam mengendalikan populasi hama.  Penggunaan pestisida dalam mengendalikan populasi lalat buah pada tanaman cabai besar mempunyai peranan sangat besar dalam perkembangan populasi larva ,  cabai besar yang diaplikasi dengan pestisida mempunyai perkembangan populasi lebih rendah dibandingkan dengan cabai besar yang tidak diaplikasi dengan pestisida.  Demikian juga populasi pupa dan imago, populasi pupa dan imago yang diamati berasal dari pengamatan larva sebelumnya, sehingga populasi pupa dan imago yang teramati pada cabai besar yang menggunakan pestisida lebih rendah dibandingkan dengan cabai besar yang tanpa aplikasi pestisida.   Sesuai dengan Vijaysegaran (1989), menyatakan penggunan pestisida secara sistemik dapat mematikan telur dan larva yang ada didalam buah. Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu pertanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi bagian tanaman.  Jika tanaman terlindungi oleh pestisida, maka tidak terjadi gangguan hama bahkan menyebabkan kematian pada serangga hama
                Penggunaan pestisida juga berpengaruh terhadap musuh alami (Opius longicaudatus), cabai besar yang diaplikasi dengan pestisida mempunyai populasi musuh alami yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi musuh alami yang berada pada cabai besar yang tidak diaplikasi dengan pestisida (Tabel 1).  Keberadaan musuh alami selain dipengaruhi penggunaan langsung oleh pestisida juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan inang (lalat buah),  pada cabai besar yang diaplikasi pestisida populasi inang (larva lalat buah) rendah sehingga populasi musuh alaminya juga rendah.  Sesuai pendapat Brient dan Atkin (1987), menyatakan penggunaan pestisida  akan sangat berpengaruh terhadap hama sasaran dan musuh alami karena kedua serangga tersebut selalu berdampingan.  Musuh alami akan mengalami dua pengaruh karena penggunaan pestisida. Pertama, musuh alami akan terkena secara langsung dari pestisida.  Kedua, musuh alami yang masih hidup dan bertahan setelah aplikasi pestisida akan kesulitan untuk mendapatkan inang, karena populasi inang sangat rendah.   Populasi musuh alami yang ada tidak berpengaruh terhadap produksi buah cabai karena populasi musuh alami yang ditemukan dari pupa yang diamati masih rendah jika dibandingkan dengan populasi larva lalat buah yang ditemukan pada cabai besar yang tidak diaplikasi dengan pestisida.  Sehingga populasi musuh alami belum mampu menekan perkembangan populasi hama lalat buah.
                Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap indek keragaman dari komplek fauna yang berada pada petak perlakuan (Tabel 2), juga berpengaruh terhadap ketidakstabilan ekologi dari masing-masing petak perlakuan.  Sehingga walaupun keragaman serangga antara petak perlakuan yang di aplikasi dengan pestisida dan tanpa aplikasi pestisida berbeda, tetapi kondisi ekologi kedua petak perlakuan tersebut tidak stabil karena terjadinya dominasi salah satu serangga (B. dorsalis Complex) terhadap fauna lain di areal pertanian tersebut.  Sesuai pendapat Price (1975),  menyatakan bahwa di dalam suatu ekologi yang kondisi faunanya beragam maka suatu spesies tidak dapat menjadi lebih dominan daripada fauna lain, sedangkan di dalam komunitas yang kurang beragam maka satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar (menjadi dominan) daripada serangga  lain.  
                Penggunaan pestisida tidak mempunyai pengaruh terhadap populasi larva, pupa dan imago maupun terhadap produksi dan musuh alami pada cabai keriting.  Cabai keriting mempunyai bentuk morfologi yang kecil dan kandungan nutrisi rendah dibandingkan dengan cabai besar, sehingga preferensi lalat buah sangat rendah atau bahkan tidak menyukai cabai keriting sehingga cabai keriting tidak diserang oleh lalat buah walaupun tidak diaplikasi dengan pestisida.   Miller dan Miller (1986), menyatakan bahwa serangga akan lebih menyukai pakan atau tanaman inang yang banyak mengandung senyawa-senyawa karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa dan rafinosa), protein, lemak dan kadar air tinggi.   Sedangkan produksi buah cabai besar pada perlakuan dengan pestisida lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pestisida, cabai keriting dengan atau tanpa pestisida tidak terjadi perbedaan produksi.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penelitian studi populasi lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex) dan keberadaan musuh alami pada tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) dengan kondisi tanpa dan aplikasi pestisida  dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)          Populasi larva, pupa dan imago  lalat buah pada perlakuan cabai besar tanpa aplikasi pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan cabai besar dengan pestisida , cabai keriting dengan dan tanpa pestisida.
2)          Intensitas serangan tertinggi terjadi pada perlakuan varietas cabai besar tanpa aplikasi pestisida yaitu 26,27 %.
 3)  Populasi musuh alami (Opius longicaudatus) dan komplek fauna lain pada perlakuan cabai besar tanpa aplikasi pestisida lebih
            tinggi daripada perlakuan cabai besar dengan pestisida
 4)   Indek keragaman fauna pada perlakuan dengan pestisida lebih rendah  dibandingkan perlakuan tanpa pestisida tetapi kondisi keragaman fauna keduanya sama-sama rendah.
Saran
                 Berdasarkan penelitian menunjuk kan bahwa imago atau investasi lalat buah selalu ditemukan di areal pertanian pada kondisi apapun, maka :
1. Perlu dipasang perangkap (methyl eugenol)  secara bersamaan pada areal yang luas dan  terus menerus seingga dapat menekan populasi imago jantan.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mendapatkan pestisida kontak yang efektif menekan populasi imago khususnya pada saat aktivitas peneluran
3. Jika melakukan penelitian untuk mengetahui keragaman serangga akibat penggunaan pestisida maka harus menggunakan petak perlakuan yang berjauhan

 

DAFTAR PUSTAKA


Atkins,  M. D. (1980).  Introduction to Insect Behaviour.  Mac-millan Publisher London.
Bateman,  M. A. (1972).  The Ecology of Fruit Flies.  Ann.  Rev.  Entomology.  17 : 496-514 p
Brient,  K.  J. and  R.  K.  Atkin  (1987)  Rational Pesticide Use. Proceding of the Ninth Long Ashton Symposium.  Long ashton Research Station.  University of Bristol.  Sydney
Duskarno, Soeriaatmadja dan E. Rustaman. (1991).  Penggunaan Insektisida Khlorpirofos Untuk Menekan Populasi Aphid (Myzus persicae) dan Lalat Buah (B. dorsalis) Pada Tanaman Cabai.  Bulletin Penelitian Hortikultura.  Vol. XXI.  2 : 71 – 77 p
Ennis,  W.  B.  (1979).  Introduction to Crop Protection.  American Society of Agronomy, Inc and Crop Science Society of America.  USA.
Elzinga, R.  J.  (1981).  Fundamental of Entomology. Departement of Entomology Kansas State University.  PRETINCE-HALL, INC. New Jersey
Isnadi,  S.  (1988).  The Distribution of Dacus spp: in the Indonesian Archipelagos.  Proceeding First International Symposium an Fruit Flies in The Tropic. Malaysia.  1 : 99 –105p
Miller, J.  R. and A. T. Miller.  (1988).  Insect-Plant Interactions.  Springer-Verlag.  New York
Metcalf, C.L. and W. P.  Flint.  (1962).  Destructive and Useful Insect.  Their Habit and Control.  Mc Graw-Hill Book Company.  London
Ross, H. H., Ross, C.  A., and  R.  P.  J. Ross.  (1982).  A Texkbook of Entomlogy.  Fourt Edition.  John Waley and Sons. New york
Samuel, L.S  dan A.  Papulung.  (1992).  Pengaruh Varietas dan Waktu Tanaman Terhadap Fluktuasi Populasi dan intensitas Serangan Lalat Buah (D. dorsalis Hendel) Pada Tanaman Cabai.  Hasil Seminar Penelitian Pendukung PHT.  Cisarua.  Bogor..3.1 : 1-11 p.
Sastroutomo.  (1992).   Dasar-Dasar Pestisida dan Dampak Penggunaanya.  PT.  Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 
Smith, C.  M.  (1989).  Plant Resistence to Insect.  John Willey and Sons.  New York.
Sudjarwo  (1975).  Peranan Lalat Buah (Dacus sp.) Pada perkebunan Lombok Besar di Kawedanan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.  Thesis Fak. Pertanian UGM Yogyakarta.
Vijaysegaran,  S.  (1989).  Some Methode of Controlling Fruit Flies.  Keyword Tephritid Fruit Flies,  Malaysia Identifications