STUDI POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex) DAN
KEBERADAAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DENGAN KONDISI TANPA DAN DENGAN APLIKASI
PESTISIDA
The Study of Bactrocera dorsalis Complex Population and Natural Enemy
Existence on Capsicum annum L. were
Pesticide and Without Pesticide Application
Kukuh Nugroho
Mahasiswa Program Pascasarjana UNIBRAW Malang
Moch. Sodiq
Dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Surabaya
Gatot Mudjiono
Dosen Fakultas Pertanian Unibraw Malang
ABSTRAK
Pengendalian
menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik bagi para petani untuk
memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Sedangkan dampak yang ditimbulkan pestisida
terhadap komplek fauna lain maupun terhadap
penurunan populasi serangga hama
itu masih belum diperhatikan petani.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan populasi lalat
buah, komplek fauna lain, indek keragaman dan intensitas serangan hama lalat buah. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
yang disusun secara Petak Terbagi dengan
perlakuan penggunaan pestisida dan tanpa penggunaan pestisida sebagai
petak utama. Sedangkan varietas yaitu varietas cabai keriting dan cabai merah besar
sebagai anak petak, masing-masing perlakuan di ulang tiga
Hasil penelitian
menunjukkan populasi
larva, pupa dan imago lalat buah pada
perlakuan cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A1) lebih tinggi
dibandingkan dengan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), cabai keriting (B2)
dengan pestisida (A2) atau tanpa pestisida (A1). Intensitas serangan tertinggi terjadi pada
perlakuan varietas cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A2) yaitu 26,27
%. Populasi musuh alami (Opius longicaudatus) pada perlakuan
cabai besar (B1) tanpa aplikasi pestisida (A1) lebih tinggi daripada perlakuan
cabai besar (B1) dengan pestisida (B2) dan komplek fauna lain pada perlakuan
tanpa pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi pestisida. Indek keragaman fauna pada perlakuan dengan
pestisida lebih rendah dibandingkan
perlakuan tanpa pestisida tetapi kondisi keragaman fauna keduanya sama-sama
rendah. Sedangkan produksi pada cabai
besar (B1) dengan pestisida (A2) lebih tinggi dibandingkan dengan cabai besar
(B1) tanpa pestisida (A1) dan antar peerlakuan cabai keriting (B2) dengan
pestisida (A1) atau tanpa pestisida (A2) tidak terjadi perbedaan.
Kata Kunci : Lalat buah, pestisida, cabai, populasi dan
fauna lain.
ABSTACT
Control
to use pesticide inclined to be the best choice for the farmers to get satisfy
yield without attention environment condition.
While the impact was emerged pesticide against other fauna complex and
against descent of the pest population still haven’t been attentioned the
farmers. The study was aimed to
determine development populations of Bactrocera
dorsalis Complex, other fauna complex, variability index and attack
intencity of Bactrocera dorsalis
Complex. The research use the split plot design with three replications. The main plot were pesticide and without pesticide application. The sub plot were variety of cabai that are
cabai keriting and cabai merah besar.
The
result of the research showed that larvae, pupa and imago population of Bactrocera dorsalis Complex on the treatment of cabai besar (B1) without
pesticide application (A1) higher than cabai besar (B1) with pesticide (A2),
cabai keriting (B2) with pesticide (A2) or without pesticide (A1). The highest attack intencity was the
treatment of cabai besar (B1) without
pesticide application (A2) that is 26.27
%. Opius
longicaudatus on the treatment of cabai besar (B1) without pesticide
application (A1) higher than cabai besar treatment (B1) with pesticide (B2) and
other fauna complex on the treatment without pesticide higher than pesticide
application. The variability index of
fauna on treatment with pesticide lower than the treatment without pesticide
but the condition of fauna variability both are at the same low. While the product of cabai besar (B1) with
pesticide (A2) higher than cabai besar (B1) without pesticide (A1) and between
the treatments cabai keriting (B2) with pesticide (A1) or without pesticide
(A2) were not different.
Keyword :
Fruitfly, pesticide, papper, population, and other fauna
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cabai
besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran, buahnya sebagai
bahan penyedap rasa dan sebagai pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia. Kebutuhan cabai semakin meningkat sejalan
dengan semakin bervariasinya menu makanan.
Selain itu, cabai juga penting sebagai komodite ekspor non migas yang
dapat meningkatkan devisa negara (Imdad et
al., 1994) Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman
cabai masih mengalami hambatan, antara lain adalah adanya serangan hama lalat
buah Bactrocera dorsalis Complex
(Tephritidae, Diptera). Lalat buah merupakan salah satu hama utama cabai yang
dapat menimbulkan kerugian cukup besar karena merusak buah. Kerusakan akibat serangan lalat buah berkisar
antara 12 -20 % pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat mencapai 90 %
(Vos, 1994). Hasil penelitian Vos (1994) terhadap hama lalat buah yang
menyerang tanaman cabai besar pada dataran rendah khususnya di Jawa Timur
(Probolinggo, Lumajang dan Tuban) menunjukkan bahwa perkembangan populasi
tertinggi lalat buah terjadi pada saat penanaman cabai akhir musim kemarau
(bulan September sampai dengan Pebruari).
Sampai saat ini pengendalian hama
lalat buah cabai yang dilakukan oleh petani adalah menggunakan pestisida.
Pengendalian dengan menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan
terbaik bagi para petani untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa
memperhatikan kondisi lingkungan
(Hooper, 1988).
Penyemprotan pestisida pada buah
mangga, jambu biji, nangka, belimbing dan pepaya dilakukan setiap minggu, bahkan
masih banyak lagi buah yang mempunyai siklus lebih pendek (cabai) umumnya
dilakukan penyemprotan dengan interval lebih pendek daripada penyemprotan pada
buah yang mempunyai siklus panjang.
Penyemprotan terakhir kali terhadap buah biasanya terjadi sampai pada
saat buah masak (menjelang panen) untuk mendapatkan kualitas buah yang
baik. Proses pengendalian dengan
menggunakan pestisida secara terjadwal dan terus-menerus akan meninggalkan
residu pestisida tinggi pada buah dan berbahaya terhadap manusia yang memakan
buah tersebut setelah masak, sehingga masih diperlukan masukan metode yang
lebih aman dalam penggunaan pestisida (Vijaysegaran, 1981).
Penggunaan pestisida
oleh petani mempunyai dampak yang menguntungkan
dan merugikan terhadap petani serta keragaman serangga di lahan
pertanian, keuntungannya yaitu :
(1) Pengendalian dengan pestisida sangat mudah dilakukan
oleh petani tanpa memerlukan keahlian khusus.
(2) Penurunan populasi serangga sasaran dapat dilihat
secara langsung setelah aplikasi
pestisida.
Penggunaan
pestisida tidak tepat akan menimbulkan kerugian yaitu :
(1)
Meninggalkan
residu pada produk (hasil) pertanian yang membahayakan manusia dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan
lahan pertanian sehingga mematikan fauna
berguna lainnya
(2)
Penggunaan
pestisida menjadi tidak efektif lagi karena serangga yang tidak mati setelah
aplikasi pestisida akan menurunkan keturunan yang tahan (resisten) terhadap pestisida tersebut
(3)
Menimbulkan
kematian serangga bukan sasaran termasuk musuh alami yang dapat menekan
perkembangan populasi bukan hama
utama sehingga dengan kematian musuh alami akan memacu serangga yang bukan hama utama menjadi hama utama (Ennis, 1979).
Walaupun demikian studi pengaruh
penggunaan pestisida terhadap hama
lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex)
dan komplek fauna lainnya, khususnya pada tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) masih belum
dilakukan.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui perkembangan populasi lalat buah pada dua
varietas cabai besar dengan dan tanpa aplikasi pestisida sistemik metamidofos.
2. Mengetahui keberadaan musuh alami yang menyerang lalat
buah dan fauna lain pada dua varietas cabai besar dengan dan tanpa aplikasi
pestisida sistemik metamidofos.
3. Mengetahui intensitas serangan hama lalat buah pada dua varietas cabai besar
dengan dan tanpa aplikasi pestisida sistemik metamidofos.
4. Mengetahui tingkat keragaman komplek fauna yang berada
pada petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida sistemik metamidofos.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan petani, di Desa
Paras, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, dengan ketinggian + 700 m di atas permukaan laut. Penelitian berlangsung mulai bulan
Agustus 2000 sampai dengan bulan Januari 2001.
Rancangan Percobaan
Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara Petak Terbagi
dengan perlakuan penggunaan pestisida
dan tanpa penggunaan pestisida sebagai petak utama. Sedangkan varietas yaitu
varietas cabai keriting dan cabai merah besar sebagai anak petak, masing-masing
perlakuan di ulang tiga kali. Jarak
antar anak petak perlakuan varietas adalah 1 m. Jarak antar petak utama yaitu perlakuan
dengan atau tanpa pestisida adalah 2 m.
Luas areal penelitian seluruhnya 470 m2. Infestasi lalat
buah dibiarkan secara alami.
Masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut :
A : Aplikasi pestisida (Petak Utama)
A1 :
Tanpa aplikasi pestisida
A2 :
Dengan aplikasi pestisida
B : Varietas yang digunakan (Anak Petak)
B1 :
Cabai Besar
B2 : Cabai Keriting
Pengamatan meliputi :
Populasi Lalat Buah
Pengamatan
dilakukan interval 3 hari dengan cara menghitung banyaknya larva yang terdapat
pada seluruh buah terserang dari setiap tanaman contoh. Larva yang telah diamati dipelihara bersama
dengan buah terserang dalam kotak-kotak plastik dengan pasir steril dan pupa
berasal dari larva juga dipelihara dalam
botol-botol plastik dengan pasir steril yang dijaga kelembabannya, dengan
menyemprotkan air dan di atasnya ditutup kain kasa, untuk melihat infestasi musuh alami (parasitoid) yang memarasit larva
dan pupa. Pengamatan imago jantan lalat buah buah cabai dilakukan interval 6
hari dengan menggunakan perangkap methyl
eugenol yang dipasang di areal pertanaman cabai dengan jumlah 2
perangkap.
Intensitas Serangan
Pengamatan
intensitas serangan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang terserang oleh
lalat buah (buah menjadi busuk dengan adanya tanda titik hitam pada bagian
kulitnya) dan menghitung buah yang tidak terserang pada tanaman cabai. Pengamatan terhadap buah yang terserang
dilakukan pada tanaman contoh.
Pengamatan dilakukan dengan interval 3 hari, selama tanaman cabai
tersebut masih menghasilkan buah.
Pengamatan komplek fauna lain
Pengamatan
terhadap fauna lain dengan menggunakan perangkap kuning (yellow trap) yaitu dengan menghitung banyaknya spesies dan jumlah
fauna dalam spesies yang tertangkap. Satu perangkap kuning diletakkan pada
masing-masing petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida, yang diganti dan
diamati setiap enam hari sekali.
Pengamatan juga dilakukan dengan mengamati secara langsung (visual count method) banyaknya fauna
yang terdapat pada tanaman cabai yang diperlakukan dengan dan tanpa
pestisida. Pengamatan secara langsung
dilakukan dengan metode diagonal pada masing-masing petak perlakuan yang
diamati setiap enam hari sekali.
Indeks Keragaman
Indeks keragaman serangga dihitung dengan menghitung
jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan yellow trap atau pengamatan
langsung dengan dengan metode diagonal.
Produksi Buah
Berat
cabai (gram/tanaman) dihitung secara keseluruhan (tanaman contoh) selama panen,
karena dalam satu musim tanam, tanaman cabai dapat dipanen 6 – 8 kali
panen. Tanaman contoh ditentukan dengan
metode diagonal (Gambar. 5)
Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada
penelitian ini adalah :
(1) Menghitung jumlah larva,
pupa dan imago yang berasal dari larva yang didapat dari lapang (dipelihara di
dalam botol plastik), serta mengamati banyaknya imago jantan yang tertangkap
oleh perangkap methyl eugenol
(2)
Menganalisa
kandungan senyawa protein, karbohidrat, Capsaicin,
dan air
(3)
Mengamati
keberadaan musuh alami yang menyerang hama
lalat buah pada
pertanaman cabai
(4)
Persentase serangan lalat buah pada masing-masing tingkat
kerusakan buah
dengan menggunakan Rumus
:
A
I = X 100 %
A + B
Keterangan
:
I : Intensitas serangan lalat
buah dalam persentase
A : Banyaknya buah yang terserang lalat buah
B : Buah cabai yang tidak terserang lalat buah
(5)
Indek Keragaman Biota
Pengukuran
Indek Keragaman Biota (serangga hama
dan musuh alami) pada perlakuan dengan dan tanpa pestisida dengan formula
Indeks keseragaman “Shannon
dan Wiever” (Price, 1975) dengan rumus sebagai berikut :
H’ = - S pi loge pi
H’ adalah simbol tingkat keragaman
log e adalah logaritma
bilangan alami : 2,718
pi adalah bagian individu dalam
spesies
Tanda negatif (-) didepan S akan membuat nilai H’ menjadi positif
(6)
Produksi Buah
Produksi
buah dihitung dari jumlah total produksi selama pemanenan yang dilakukan 6-8
kali panen dalam satu musim tanam.
(7) Analisis Data
Data yang diperoleh dari perlakuan di analisis dengan menggunakan
analisis sidik ragam (Anova). Uji lanjut
dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf (BNT) 5
%. Produksi (buah) cabai diuji dengan
menggunakan uji t test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
Serangga Hama
Populasi Larva
|
Gambar 1.
Populasi larva Bactrocera dorsalis Complex
Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan
pestisida (A2) tidak ditemukan populasi larva).
Hal ini menunjukkan bahwa larva lalat buah tidak menyukai buah (cabai
keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan dipengaruhi oleh bahan
kimia yang ada dalam buah. Kualitas dan kuantitas pakan dari larva dan imago
berpengaruh terhadap perkembangan, keperidian dan ketahanan hidup
serangga. Jenis pakan yang banyak
mengandung asam amino, vitamin, mineral, air dan karbohidrat dapat
memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian serangga (Bateman, 1972). Beberapa ahli menyatakan bahwa
pemilihan pakan oleh serangga tergantung pada kandungan nutrisi. Rangsangan makan, timbul karena adanya zat
perangsang makan seperti gula, lipida dan asam amino (Atkins, 1980).
Populasi Pupa
Hasil analisis ragam terhadap populasi pupa dari larva Bactrocera dorsalis Complex dari pengamatan sebelumnya masing-masing perlakuan disajikan Tabel lampiran 2 dan Gambar 2. Tabel lampiran 2, menunjukkan bahwa populasi pupa yang terbentuk mengikuti populasi larva pada pengamatan sebelumnya. Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) mulai terbentuk pupa pada saat pengamatan ke 9 dan 10, tetapi tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 8). Sedangkan pada saat pengamatan ke 11 sampai 18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) didapatkan populasi pupa tertinggi daripada ketiga perlakuan lainya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida. Populasi pupa berasal dari larva teramati sebelumnya, karena tidak adanya pengaruh pestisida terhadap larva maka pupa yang terbentuk pada perlakuan ini juga tertinggi. Penggunaan pestisida sistemik yang terbawa ke dalam seluruh jaringan tanaman akan berpengaruh terhadap perkembangan dan populasi larva lalat buah. Sedangkan jika suatu lahan pertanian tidak diaplikasi dengan pestisida akan mempermudah terjadinya serangan serangga hama (Sastroutomo, 1992). Pada pelakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2), populasi pupa ditemukan pada saat pengamatan ke 17 sampai 19. Hal ini menunjukkan penggunaan pestisida dapat menekan perkembangan lalat buah, tetapi terjadi penyebaran populasi lalat buah dari cabai besar tanpa pestisida yang populasinya tinggi. Isnadi (1988), menyatakan bahwa insektisida khloropirofos dapat mengendalikan hama lalat buah pada tanaman cabai, melon, mentimun dan jenis labu-labuan lainya.
Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan
pestisida (A2) tidak ditemukan populasi pupa yang terbentuk dari larva berasal
dari pengamatan sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa larva lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang
mempunyai bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah sehingga tidak
terjadi pembentukan pupa. Bateman (1972), menyatakan bahwa kualitas dan
kuantitas bahan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi larva, pupa
dan imago lalat buah. Jenis pakan yang banyak mengandung asam
amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta
meningkatkan keperidian serangga.
Gambar 3. Populasi imago betina
Populasi Imago
Hasil analisis ragam terhadap populasi imago betina masing-masing
perlakuan berasal dari pupa pengamatan sebelumnya disajikan pada Tabel 3 dan
Gambar 3. Tabel 3, menunjukkan bahwa populasi imago betina terbentuk berasal dari pupa pada pengamatan sebelumnya. Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida
(A1) mulai terbentuk imago betina pada saat pengamatan ke 9 dan 12, tetapi
tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 3). Sedangkan pada saat pengamatan ke 13 sampai 18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida
(A1), ditemukan populasi imago betina tertinggi dibandingkan ketiga perlakuan
lainnya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
pestisida berpengaruh terhadap larva untuk memperoleh pakan cukup baik
kuantitas atau kualitas sehingga akan berpengaruh terhadap munculnya
imago. Perkembangan populasi serangga hama yang menyerang suatu
pertanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang melindungi
bagian-bagian tanaman tersebut. Jika
tanaman terlindungi oleh pestisida maka akan menekan serangan hama bahkan menyebabkan kematian pada
serangga hama
(Vijaysegaran, 1989). Perlakuan cabai besar (B1) dengan pestisida (A2),
populasi imago betina yang muncul pada pengamatan ke 17 sampai 19. Imago betina yang muncul berasal dari larva
pengamatan sebelumnya, penggunaan pestisida berpengaruh terhadap perkembangan larva yang akan menjadi imago
betina lalat buah. Sehingga imago betina
yang terbentuk juga dipengaruhi oleh penggunaan pestisida. Duskarno et al., (1991), dalam penelitianya
menunjukkan bahwa pestisida organofosfat
dapat menekan populasi lalat buah pada tanaman cabai besar di kabupaten
Brebes. Penggunaan pestisida organofosfat dengan formulasi 0,3 %
mampu menekan populasi lalat buah menjadi paling rendah dibandingkan dengan
penggunaan pestisida dengan formulasi
0,075 % dan 0,15 %.
Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa
pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi imago betina
yang terbentuk dari pupa yang berasal dari pengamatan sebelumnya.. Hal ini
menunjukkan bahwa lalat buah tidak menyukai buah (cabai keriting) yang
mempunyai bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah, sehingga
imago tidak meletakan telur berakibat imago
betina yang muncul dari pupa pengamatan sebelumnya pada perlakuan ini juga
tidak terjadi. Sesuai pendapat Ros et al., (1982), yang menyatakan bahwa perkembangan
populasi serangga pada pertanaman akan sangat terpengaruh oleh keberadaan pakan
yang tersedia. Jika jumlah pakan yang
tersedia kurang maka perkembangan dan jumlah populasi dari serangga tersebut
akan terhambat.
Hasil analisis ragam terhadap populasi imago jantan masing-masing perlakuan berasal dari pupa pengamatan sebelumnya disajikan pada Tabel. 4 dan Gambar 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa perkembangan populasi imago jantan hampir sama dengan perkembangan populasi imago betina yang terjadi sebelumnya. Perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) juga mulai muncul imago jantan pada saat pengamatan ke 9 dan 12, tetapi tidak terjadi perbedaan nyata pada semua perlakuan (Gambar 4).
Perlakuan cabai keriting (B2) baik tanpa pestisida (A1) atau dengan
pestisida (A2) tidak ditemukan populasi imago jantan yang terbentuk dari pupa
berasal dari pengamatan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa lalat buah tidak
menyukai buah (cabai keriting) yang mempunyai bentuk morfologi kecil dan
kandungan nutrisi rendah sehingga imago tidak meletakkan telur, menyebabkan
imago jantan yang muncul dari pupa pengamatan sebelumnya pada perlakuan ini
juga tidak terjadi. Sesuai pendapat Ros et al., (1982), yang menyatakan bahwa perkembangan
populasi serangga pada pertanaman akan sangat terpengaruh oleh keberadaan pakan
yang tersedia. Jika jumlah pakan yang
tersedia kurang maka perkembangan dan jumlah populasi dari serangga tersebut
akan terhambat. Miller dan Miller
(1986), menambahkan bahwa serangga akan lebih menyukai pakan atau tanaman inang
yang banyak mengandung senyawa-senyawa karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa
dan rafinosa), protein, lemak dan kadar air yang tinggi
Banyaknya imago yang tertangkap dengan methyl eugenol dan imago yang berasal dari larva yang diamati terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Jumlah imago yang tertangkap dengan methyleugenol dan imago berasal dari
larva pengamatan sebelumya
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah imago jantan tertangkap dengan methyl eugenol pada perlakuan cabai
tanpa pestisida lebih tinggi di bandingkan dengan jumlah imago tertangkap pada
perlakuan cabai dengan pestisida.
Sedangkan populasi imago jantan berasal dari larva pengamatan
sebelumnya, pada petak perlakuan tanpa pestisida lebih banyak dibandingkan
dengan yang terdapat pada petak perlakuan menggunakan pestisida. Perkembangan populasi imago jantan dari
larva pengamatan sebelumnya sebanding dengan kenaikan populasi imago jantan
yang tertangkap oleh perangkap methyl
eugenol. Duskarno et al., (1991), menunjukkan bahwa pestisida khloropirofos
dapat menekan populasi imago dan larva dari lalat buah pada tanaman cabai besar
di kabupaten Brebes. Penggunaan
pestisida khloropirofos dengan formulasi 0,3 % mampu menekan populasi menjadi
paling rendah dibandingkan penggunaan pestisida dengan formulasi 0,075 % dan 0,15 %. Dent dan Walter (1997), menambahkan bahwa keberadaan jumlah serangga
pada suatu pertanaman akan sangat berpengaruh terhadap serangan ataupun
populasi serangga tersebut pada tanaman.
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
Musuh Alami
Hasil analisis ragam terhadap populasi musuh alami Opius longicaudatus pada masing-masing petak perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi musuh
alami tertinggi ditemukan pada perlakuan cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1). Sedangkan pada perlakuan cabai keriting (B2)
baik tanpa (A1) ataupun dengan pestisida (A2) tidak ditemukan populasi musuh
alami. Hal ini menunjukkan bahwa pada
perlakuan cabai besar tanpa pestisida terjadi perkembangan hama yang mendukung pula terjadinya
perkembangan dari musuh alami. Sedangkan
pada cabai besar dengan pestisida serangan hama lebih rendah, sehingga musuh alami yang
ditemukan juga rendah populasinya. Pada
cabai keriting tidak ditemukan lalat buah, sehingga populasi musuh alami juga
tidak ditemukan. Sesuai pendapat Brient
dan Atkin (1987), yang menyatakan penggunaan pestisida akan sangat berpengaruh terhadap hama sasaran dan musuh
alami karena kedua serangga tersebut selalu berdampingan. Musuh alami akan mengalami dua pengaruh
karena penggunaan pestisida. Pertama, musuh alami akan terkena secara langsung
pestisida. Kedua, musuh alami yang masih
hidup dan bertahan setelah aplikasi pestisida akan kesulitan untuk mendapatkan
inang, karena populasi inang sangat rendah.
Tabel. 1. Populasi musuh alami (Opius longicaudatus)
Kombinasi
perlakuan
|
Populasi
|
|||
|
|
Data
|
|
Tran*)
|
|
|
|
|
|
|
A1B1
|
8
|
|
2.92c
|
|
A1B2
|
0
|
|
0.70a
|
|
|
|
|
|
|
A2B1
|
1
|
|
1.72b
|
|
A2B2
|
0
|
|
0.70a
|
|
|
|
|
|
|
BNT ( 5
%) a
|
|
|
0.085
|
|
BNT ( 5
%) b
|
|
|
1.00
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak terjadi perbedaan
nyata antar perlakuan yang diuji dengan menggunakan BNT 5 %
*) Data
: Data pengamatan
Tran : Data yang ditransformasi dengan Ö X + 0,5
A1B1 = Varietas cabai besar tanpa pestisida
A1B2 = Varietas cabai keriting tanpa pestisida
A2B1 = Varietas cabai besar dengan pestisida
A2B2 = Varietas cabai keriting dengan pestisida
BNT a = Pengaruh varietas pada taraf pestisida dan
tanpa pestisida
BNT b = Pengaruh tanpa pestisida atau pestisida pada
taraf varietas yang sama
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
fauna Lain
Penggunaan insektisida akan berpengaruh terhadap jumlah fauna lain yang
berada habitat tanaman cabai. Fauna lain
yang ditemukan pada habitat tanaman cabai berupa hama dan musuh alami. Hama-hama yang ditemukan menyerang berbagai
bagian dari tanaman cabai baik menyerang daun, bunga , buah atau pada saat awal
pertumbuhan (setelah pemindahan benih). Hama yang menyerang daun
adalah Kutu daun (Myzus persicae ;
Hemiptera), Thrips tabaci (Hemiptera),
Tungau (Tetranychus sp. ; Akarina)
dan Spodoptera litura
(Lepidoptera). Serangan hama-hama diatas
menyebabkan daun menjadi salah bentuk (keriting) dan daun menjadi
berlubang-lubang sehingga berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Hama
yang menyerang buah adalah Helicoverpa
armigera (Lepidoptera) yang memakan buah pada saat muda sehingga buah akan
menjadi rusak dan akhirnya buah akan jatuh.
Hama
yang menyerang tanaman cabai pada saat pertumbuhan awal adalah ulat tanah (Agrotis ipsilon ; Lepidoptera). Sedangkan serangga lain yang merupakan musuh
alami adalah Coccinela arquata (Coleoptera), Laba-laba (Arachnida), Semut (Hymenoptera ;
Formicidae), Opius longicaudatus
(Hymenoptera ; Braconidae), Trichogramma sp. (Hymenoptera ;
Braconidae), Dolichopus sp. (Diptera) dan Drosophila sp. (Diptera). .
Tabel 2. Jenis
komplek Fauna lain yang teramati pada petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida
Fauna
|
Status
|
Populasi (ekor/petak)
|
Penurunan Pop. (%)
|
|
Pest.
|
Tanpa
|
|||
Laba-laba |
M. A
|
3
|
9
|
50
|
Spodoptera litura
|
Hama
|
42
|
99
|
40.2
|
Kutu Daun
(Myzus persicae)
|
Hama
|
94
|
124
|
13.8
|
Thrips sp.
|
Hama
|
395
|
500
|
11.8
|
Tungau (Tetranychus sp.) |
Hama
|
179
|
312
|
27.2
|
Ulat Tanah
(Agrotis ipsilon)
|
Hama
|
29
|
37
|
12.2
|
Coccinela arquata
|
M. A
|
20
|
39
|
32.2
|
Dolichopus sp.
|
M. A
|
11
|
25
|
38.8
|
Trichogramma sp.
|
M. A
|
124
|
419
|
54.4
|
Drosophila spp.
|
Pengurai
|
176
|
210
|
8.8
|
Semut
|
M. A
|
32
|
59
|
29.7
|
Opius longicaudatus
|
M.A
|
3
|
24
|
77.7
|
Helicoverpa armigera
|
Hama
|
17
|
56
|
53.4
|
Keterangan :
Data populasi fauna diatas merupakan jumlah populasi serangga secara
kumulatif dari pengamatan secara langsung (Visual
count method) dan pengamatan dengan menggunakan perangkap kuning (Yellow trap).
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
Intensitas Serangan
Hasil analisis ragam terhadap intensitas serangan lalat buah masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel
5. Tabel 5, menunjukkan bahwa perlakuan
cabai besar (B1) tanpa pestisida (A1) lalat buah mulai menyerang pada saat
pengamatan ke 9 dan 12, tetapi semua perlakuan tidak berbeda nyata. Sedangkan pada saat pengamatan ke 13 sampai 18, perlakuan cabai besar (B1) tanpa
pestisida (A1) intensitas serangannya tertinggi daripada ketiga perlakuan
lainya dan terjadi interaksi antara varietas dengan pestisida. Tingginnya intensitas serangan pada perlakuan
ini disebabkan tidak adanya pengaruh pestisida yang mengganggu perkembangan
dari larva lalat buah. Penggunaan
pestisida sistemik yang terbawa ke dalam seluruh jaringan tanaman akan
berpengaruh terhadap perkembangan dan populasi larva lalat buah. Sedangkan jika suatu lahan pertanian tidak
diaplikasi dengan pestisida akan mempermudah terjadinya serangan serangga hama (Sastroutomo,
1992). Ross et al., (1982), menambahkan
bahwa keberadaan jumlah pakan yang tersedia akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan dari larva. Perlakuan cabai besar (B1) yang
diaplikasi dengan pestisida (A2), intensitas serangan muncul pada pengamatan ke
17 sampai 20, sehingga penggunaan pestisida dapat menekan perkembangan larva
yang merupakan stadia merusak dari lalat buah.
Vijaysegaran (1989), menyatakan
bahwa penggunaan pestisida secara sistemik akan dapat mematikan telur
dan larva yang ada dalam buah.
Perkembangan
populasi serangga hama
yang menyerang suatu pertanaman akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan
pestisida yang melindungi bagian-bagian tanaman. Jika tanaman terlindungi oleh adanya pestisida
maka akan terjadi gangguan bahkan dapat menyebabkan kematian pada serangga hama. Sesuai pendapat Bateman (1972), menyatakan
bahwa kualitas dan kuantitas pakan akan berpengaruh terhadap perkembangan
populasi larva, pupa dan imago. Jenis pakan yang banyak mengandung asam
amino, vitamin . air dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta
meningkatkan keperidian serangga.
Perlakuan cabai keriting (B2)
baik tanpa pestisida (A1) atau dengan pestisida (A2) tidak terjadi serangan
dari lalat buah. Hal ini menunjukkan
bahwa bentuk morfologi kecil dan kandungan nutrisi rendah buah (cabai keriting)
mempengaruhi peletakan telur dari imago, sehingga tidak ditemukan larva yang merusak buah cabai. Kualitas dan kuantitas
pakan yang tersedia akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari keturunan
lalat buah. Miller dan Miller (1986),
menyatakan bahwa serangga akan lebih menyukai pakan atau tanaman inang yang
banyak mengandung senyawa-senyawa karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa dan
rafinosa), protein, lemak dan kadar air tinggi
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
Tingkat Keragaman
Indeks Keragaman “ Shannon-Weaver “ pada kedua areal
pertanaman (dengan pestisida dan tanpa pestisida) ditunjukan Tabel 3.
Tabel. 3.
Indeks Keragaman “ Shannon -Weaver “
pada Perlakuan cabai merah
besar dengan Pestisida dan
Tanpa Pestisida.
Perlakuan
|
Indeks Keragaman “ Shannon – Weaver”
H’ = - S pi loge pi
|
Pestisida
|
1, 830
|
Tanpa Pestisida
|
1,980
|
Tabel 3
menunujukkan indeks keragaman menurut “Shannon–Weaver “ (H’) pada
perlakuan tanpa pestisida adalah 1,988, sedangkan indeks keragaman perlakuan
dengan pestisida ialah 1,830 dan terjadi perbedaan tingkat keragaman antara
petak perlakuan dengan dan tanpa pestisida.
Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap populasi serangga dalam
masing-masing spesies, tetapi tidak terjadi perbedaan spesies serangga pada
petak yang diperlakukan dengan pestisida maupun petak tanpa perlakuan
pestisida, hal ini dipengaruhi oleh adanya perpindahan serangga dari petak yang
satu ke petak perlakuan lainnya maupun perpindahan dari tanaman inang di sekitar petak
perlakuan. Johnson dalam Elzinga (1981), menyatakan beberapa serangga mampu untuk
melakukan migrasi sampai dengan ratusan kilometer misalnya belalang. Perpindahan serangga biasanya dilakukan untuk
mencari pakan atau untuk memperoleh tempat hidup yang sesuai untuk melakukan
perkembangbiakan. Perpindahan serangga
biasanya dilakukan dalam bentuk berkelompok ataupun secara sendiri-sendiri dari
satu daerah ke daerah lain sesuai dengan kebutuhan pakan dari serangga
tersebut. Ennis (1979), menambahkan
penggunaan pestisida akan sangat
berpengaruh terhadap hama
sasaran dan musuh alami karena kedua serangga tersebut selalu berdampingan.
Selain itu penggunaan pestisida juga akan berpengaruh terhadap jumlah komplek
serangga lain (hama
bukan sasaran dan serangga berguna lainya), tanaman, tanah maupun air yang
berada di sekitar areal pertanian
Kondisi petak perlakuan dengan dan tanpa perlakuan pestisida walaupun
mempunyai nilai indek keragaman berbeda tetapi tingkat keragamanya sama-sama
rendah dan mempunyai nilai kesamaan (J’) yang juga rendah yaitu petak dengan
pestisida = 0,73 dan tanpa pestisida = 0,79
hal ini disebabkan pada kedua petak perlakuan tersebut terdapat spesies
serangga (lalat buah) yang lebih dominan dibandingkan dengan fauna lain.
Berkembangnya salah satu serangga menjadi serangga yang dominan akan
menyebabkan rendahnya stabilitas ekologi dari petak perlakuan tersebut.
Perkembangan populasi lalat buah menjadi serangga dominan disebabkan rendahnya
populasi musuh alami O. longicaudatus,
kondisi iklim yang sesuai dan ketersediaan pakan yang sesuai untuk perkembangan
dari lalat buah. Populasi juga
dipengaruhi oleh adanya perpindahan hama
tersebut dari tanaman inang (cabai dan buah-buah) yang banyak tersebar
disekitar petak perlakuan. Sesuai
pendapat Price (1975), menyatakan bahwa
di dalam suatu ekologi yang kondisi faunanya beragam maka suatu spesies tidak
dapat menjadi lebih dominan daripada fauna lain, sedangkan di dalam komunitas
yang kurang beragam maka satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang
lebih besar daripada serangga lain. Atkins (1980) menambahkan, pemilihan pakan
oleh serangga tergantung pada banyaknya tanaman inang yang tersedia dan
kandungan nutrisi pakan tersebut.
Rangsangan makan, timbul karena adanya zat perangsang makan seperti
gula, lipida dan asam amino.
Pengaruh Aplikasi Insektisida terhadap
Produksi Buah
Produksi buah cabai merah besar
dipanen mulai pada umur 89 hari setelah tanam,
sedangkan buah cabai merah keriting dipanen mulai umur 102 hari setelah
tanam. Hasil (produksi) buah cabai merah
besar pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 6.
Tabel
4. Produksi Tanaman Cabai Besar dan Cabai Keriting
|
|
|
|
|
|
|
Kombinasi
perlakuan
|
|
|
|
Produksi
|
(g/tan)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A1B1
|
|
|
|
893,50
|
|
|
A2B1
|
|
|
|
946,80
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A1B2
|
|
|
|
627,60
|
|
|
A2B2
|
|
|
|
631,90
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan : A1B1
= Varietas cabai besar tanpa
pestisida
A2B1
= Varietas cabai besar dengan
pestisida
A1B2
= Varietas cabai keriting tanpa
pestisida
A2B2 =
Varietas cabai keriting dengan pestisida
Pembahasan
Hubungan timbal balik serangga (Bactrocera
dorsalis Complex) dan tanamanan inang (cabai merah besar) dalam suatu
komunitas lahan pertanian sangat dipengaruhi oleh lingkungan biotik, abiotik
dan campur tangan manusia dalam rangka meningkatkan hasil produk
pertanian. Salah satu campur tangan
manusia dalam peningkatan produksi pertanian adalah penggunaan pestisida dalam
mengendalikan populasi hama. Penggunaan pestisida dalam mengendalikan
populasi lalat buah pada tanaman cabai besar mempunyai peranan sangat besar dalam
perkembangan populasi larva , cabai
besar yang diaplikasi dengan pestisida mempunyai perkembangan populasi lebih
rendah dibandingkan dengan cabai besar yang tidak diaplikasi dengan
pestisida. Demikian juga populasi pupa
dan imago, populasi pupa dan imago yang diamati berasal dari pengamatan larva
sebelumnya, sehingga populasi pupa dan imago yang teramati pada cabai besar
yang menggunakan pestisida lebih rendah dibandingkan dengan cabai besar yang
tanpa aplikasi pestisida. Sesuai dengan
Vijaysegaran (1989), menyatakan penggunan pestisida secara sistemik dapat
mematikan telur dan larva yang ada didalam buah. Perkembangan populasi serangga
hama yang
menyerang suatu pertanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan pestisida yang
melindungi bagian tanaman. Jika tanaman
terlindungi oleh pestisida, maka tidak terjadi gangguan hama bahkan menyebabkan kematian pada
serangga hama
Penggunaan pestisida juga
berpengaruh terhadap musuh alami (Opius
longicaudatus), cabai besar yang diaplikasi dengan pestisida mempunyai
populasi musuh alami yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi musuh alami
yang berada pada cabai besar yang tidak diaplikasi dengan pestisida (Tabel
1). Keberadaan musuh alami selain
dipengaruhi penggunaan langsung oleh pestisida juga sangat dipengaruhi oleh
keberadaan inang (lalat buah), pada
cabai besar yang diaplikasi pestisida populasi inang (larva lalat buah) rendah
sehingga populasi musuh alaminya juga rendah.
Sesuai pendapat Brient dan Atkin (1987), menyatakan penggunaan
pestisida akan sangat berpengaruh
terhadap hama
sasaran dan musuh alami karena kedua serangga tersebut selalu
berdampingan. Musuh alami akan mengalami
dua pengaruh karena penggunaan pestisida. Pertama, musuh alami akan terkena
secara langsung dari pestisida. Kedua,
musuh alami yang masih hidup dan bertahan setelah aplikasi pestisida akan
kesulitan untuk mendapatkan inang, karena populasi inang sangat rendah. Populasi musuh alami yang ada tidak
berpengaruh terhadap produksi buah cabai karena populasi musuh alami yang
ditemukan dari pupa yang diamati masih rendah jika dibandingkan dengan populasi
larva lalat buah yang ditemukan pada cabai besar yang tidak diaplikasi dengan
pestisida. Sehingga populasi musuh alami
belum mampu menekan perkembangan populasi hama
lalat buah.
Penggunaan pestisida berpengaruh
terhadap indek keragaman dari komplek fauna yang berada pada petak perlakuan
(Tabel 2), juga berpengaruh terhadap ketidakstabilan ekologi dari masing-masing
petak perlakuan. Sehingga walaupun
keragaman serangga antara petak perlakuan yang di aplikasi dengan pestisida dan
tanpa aplikasi pestisida berbeda, tetapi kondisi ekologi kedua petak perlakuan
tersebut tidak stabil karena terjadinya dominasi salah satu serangga (B. dorsalis Complex) terhadap fauna lain
di areal pertanian tersebut. Sesuai
pendapat Price (1975), menyatakan bahwa
di dalam suatu ekologi yang kondisi faunanya beragam maka suatu spesies tidak
dapat menjadi lebih dominan daripada fauna lain, sedangkan di dalam komunitas
yang kurang beragam maka satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang
lebih besar (menjadi dominan) daripada serangga
lain.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian studi populasi lalat buah (Bactrocera
dorsalis Complex) dan keberadaan musuh alami pada tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) dengan kondisi tanpa
dan aplikasi pestisida dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1)
Populasi
larva, pupa dan imago lalat buah pada
perlakuan cabai besar tanpa aplikasi pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan
cabai besar dengan pestisida , cabai keriting dengan dan tanpa pestisida.
2)
Intensitas
serangan tertinggi terjadi pada perlakuan varietas cabai besar tanpa aplikasi
pestisida yaitu 26,27 %.
3)
Populasi musuh alami (Opius
longicaudatus) dan komplek fauna lain pada perlakuan cabai besar tanpa
aplikasi pestisida lebih
tinggi daripada perlakuan cabai
besar dengan pestisida
4)
Indek keragaman fauna pada perlakuan dengan pestisida lebih rendah dibandingkan perlakuan tanpa pestisida tetapi
kondisi keragaman fauna keduanya sama-sama rendah.
Saran
Berdasarkan penelitian menunjuk kan bahwa imago atau
investasi lalat buah selalu ditemukan di areal pertanian pada kondisi apapun,
maka :
1. Perlu dipasang
perangkap (methyl eugenol) secara bersamaan pada areal yang luas
dan terus menerus seingga dapat menekan populasi
imago jantan.
2. Perlu diadakan
penelitian lanjutan untuk mendapatkan pestisida kontak yang efektif menekan
populasi imago khususnya pada saat aktivitas peneluran
3. Jika melakukan
penelitian untuk mengetahui keragaman serangga akibat penggunaan pestisida maka
harus menggunakan petak perlakuan yang berjauhan
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, M. D. (1980). Introduction
to Insect Behaviour. Mac-millan
Publisher London.
Bateman, M. A. (1972). The Ecology of Fruit Flies. Ann. Rev.
Entomology. 17 : 496-514 p
Brient, K. J. and
R. K. Atkin
(1987) Rational Pesticide Use. Proceding of the Ninth Long Ashton
Symposium. Long ashton Research
Station. University of Bristol. Sydney
Duskarno, Soeriaatmadja dan E. Rustaman. (1991). Penggunaan Insektisida Khlorpirofos Untuk
Menekan Populasi Aphid (Myzus persicae)
dan Lalat Buah (B. dorsalis) Pada
Tanaman Cabai. Bulletin Penelitian Hortikultura.
Vol. XXI. 2 : 71 – 77 p
Ennis, W. B.
(1979). Introduction to Crop Protection.
American Society of Agronomy, Inc and Crop Science Society of America. USA.
Elzinga, R. J. (1981).
Fundamental of Entomology.
Departement of Entomology
Kansas State
University. PRETINCE-HALL, INC. New Jersey
Isnadi, S. (1988).
The Distribution of Dacus spp:
in the Indonesian Archipelagos. Proceeding First International Symposium an
Fruit Flies in The Tropic. Malaysia. 1
: 99 –105p
Miller, J. R. and A. T.
Miller. (1988). Insect-Plant
Interactions. Springer-Verlag. New
York
Metcalf, C.L. and W. P. Flint. (1962).
Destructive and Useful
Insect. Their Habit and
Control. Mc Graw-Hill Book Company. London
Ross, H. H., Ross, C. A.,
and R.
P. J. Ross. (1982).
A Texkbook of Entomlogy. Fourt Edition. John Waley and Sons. New york
Samuel, L.S dan A. Papulung.
(1992). Pengaruh Varietas dan Waktu Tanaman
Terhadap Fluktuasi Populasi dan intensitas Serangan Lalat Buah (D. dorsalis Hendel) Pada Tanaman Cabai. Hasil
Seminar Penelitian Pendukung PHT.
Cisarua. Bogor..3.1
: 1-11 p.
Sastroutomo. (1992). Dasar-Dasar
Pestisida dan Dampak Penggunaanya.
PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Smith, C. M. (1989).
Plant Resistence to Insect. John Willey and Sons. New
York.
Sudjarwo (1975). Peranan
Lalat Buah (Dacus sp.) Pada perkebunan Lombok Besar di Kawedanan Prembun,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Thesis Fak. Pertanian UGM Yogyakarta.
Vijaysegaran, S.
(1989). Some Methode of Controlling Fruit Flies. Keyword Tephritid Fruit Flies, Malaysia Identifications