Daftar kapal perang TNI-AL
Semua kapal perang TNI Angkatan Laut didahului dengan inisial KRI yang berarti Kapal Perang Republik Indonesia. TNI AL memiliki kurang lebih 148 kapal perang
berbagai kelas dan jenis, belum termasuk 2 kapal layar tiang tinggi
yang ada di TNI AL.jumlah kapal perang dibawah ini belum termasuk kapal
patroli yang panjangnya kurang dari 36 meter yang biasa disebut KAL atau kapal angkatan laut yang berjumlah 317 unit.KRI Ahmad Yani (351)
KRI Ahmad Yani (351) merupakan kapal pertama kapal perang kelas Perusak Kawal Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI AL. Dinamai menurut Jendral Ahmad Yani, salah seorang Pahlawan Revolusi.KRI Ahmad Yani merupakan kapal fregat bekas pakai AL Belanda (HMNLS Van Speijk F804) yang kemudian dibeli oleh Indonesia. Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli. Dibangun tahun 1967 oleh Koninklijke Maatschappij de Schelde, Vlissingen, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980. Termasuk diantaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Surface to Air Missile) ) Mistral menggantikan Sea Cat.
Bertugas sebagai armada patroli dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Pada tahun 2007, bersama dengan KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355), selesai menjalani pergantian mesin yang dijalaninya selama 2 tahun. Saat ini KRI Ahmad Yani kembali memperkuat Komando Armada RI Kawasan Timur.[1]
Data Teknis
KRI Ahmad Yani memiliki berat 2,940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh mesin diesel dengan 2 x Caterpillar CAT DITA 3616, Reintjes WAV 1000 yang menghasilkan 16,000 hp sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 28,5 knot. Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.Persenjataan
KRI Ahmad Yani dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :- 8 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan China Haiying Electromechanical Technology Academy C-802 dengan jangkauan maksimum 120 Km (70 mil laut), berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
- 4 Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal.
- 1 Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target udara.
- 2 Senapan mesin 12.7mm
- 12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
Sensor dan elektronis
KRI Ahmad Yani diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL.Penerbangan
Memiliki dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Mungkin kini diganti dengan NBO-105 atau NAS 332L Super Puma.KRI Ki Hajar Dewantara (364)
Karier (ID) | |
---|---|
Mulai dibuat | 1981 |
Diluncurkan | |
Status | Masih bertugas |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | 1.850 ton |
Panjang | |
Lebar | |
Draught | - |
Tenaga penggerak | 2 boiler, 2 shaft @22,300 shp |
Kecepatan | maksimum 27 knot |
Awak kapal | 205 orang |
Sonar & Radar | Sonar PHS-32 hull mounted MF |
Persenjataan | Meriam: • 1 meriam Bofors 57/70 kaliber 57mm • 2 kanon penangkis serangan udara Rheinmetall MK 20 Rh 202 kaliber 20 mm Rudal: • 2x2 rudal permukaan-ke-permukaan MM-38 Exocet • Rudal permukaan-ke-udara Mistral Torpedo: • 4 tabung peluncur torpedo AEG SUT diameter 533mm Lain-lain: • Bom laut/mortir antikapal selam |
KRI Ki Hajar Dewantara merupakan bagian dari armada pemukul (striking force). Memiliki kemampuan jelajah dan persenjataan yang mumpuni bagi pengawalan dan perlindungan kawasan perairan Republik Indonesia.
KRI Ki Hajar Dewantara mengambil nama dari seorang pahlawan nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.
Data teknis
KRI Ki Hajar Dewantara memiliki berat 1,850 ton, dengan dimensi 96,70 meter x 11,2 meter x 3,55 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah, 2 shaft menghasilkan 7000 bhp dan 1 boost turbine dengan daya 22,300 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 27 knot. Diawaki oleh 91 pelaut, 14 instruktur, dan 100 taruna.Persenjataan
Sebagai bagian dari armada pemukul, KRI Ki Hajar Dewantara dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan untuk menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :- 4 rudal permukaan-ke-permukaan MM-38 Exocet buatan Perancis dengan jangkauan maksimal sekitar 42 Km dengan kecepatan 0,9 mach dan hulu ledak seberat 165 Kg dalam konfigurasi 2x2.
- 1 Meriam Bofors 57/70 berkaliber 57mm dengan kecepatan tembakan 200 rpm, jangkauan 17 Km untuk target permukaan dan udara dengan pemandu tembakan Signal WM28.
- 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
- 4 Torpedo AEG SUT, berpeluncur tabung 533mm, jangkauan 28 Km pada 23 knot atau 12 Km pada 35 knot dengan hulu ledak seberat 250 Kg.
- Bom Laut/Mortir Anti Kapal Selam
- Peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral.
Sensor dan elektronis
Sonar menggunakan PHS-32 hull mounted MF, kontrol penembakan menggunakan WM-28 dan EW menggunakan SUSIE-1 intercept, 2 flare RLPenerbangan
Terdapat dek untuk helikopter NBO-105. NBO-105 adalah helikopter buatan Industri Pesawat terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Helikopter ini berfungsi sebagai over horizon survelilance, anti kapal selam dan transportasi.Operasi
Tanggal 10-11 Maret 1992, KRI Ki Hajar Dewantara 364 dengan komandannya Letkol Laut (P) Edi Suyadi (waktu itu) dan KRI Yos Sudarso 353 yang tergabung dalam Satgas Aru Jaya melakukan operasi penghalauan terhadap kapal feri Lusitania Expresso yang berlayar dari Lisabon, Portugal, menuju Dili, Timor Timur tanpa izin. Operasi berhasil dilakukan tanpa ada peluru yang ditembakkan.Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 dalam latihan bersandi Dalla-2002, KRI Ki Hajar Dewantara melakukan penembakan rudal permukaan-ke-udara Mistral.
KRI Diponegoro (365)
Karier (ID) | |
---|---|
Produksi | Schelde Naval Shipbuilding (SNS), Vlissingen, Belanda.[1] |
Mulai dibuat | 24 Maret 2005[1] |
Diluncurkan | 16 September 2006[1] |
Ditugaskan | 2 Juli 2007 |
Nama sebelumnya | SIGMA 1 |
Status | Masih bertugas |
Pelabuhan utama | Armada Timur TNI-AL |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | 1.700 Ton |
Panjang | 9.071 m (29,760.50 kaki) |
Lebar | 1.302 m (4,271.65 kaki) |
Draft | 360 m (1,181.10 kaki) |
Tenaga penggerak | 2 shaft V28-33D STC MAN Diesel @8.900 kW |
Kecepatan | 28 knot |
Jarak tempuh | 540 km pada 18 knot[2] |
Awak kapal | 80 orang |
Sonar & Radar | Radar MW08 3D multibeam surveillance radar Radar senjata: LIROD Mk2 tracking radar |
Persenjataan elektronik | Sistem Perang: Thales TACTICOS Data Link: LINK Y Mk2 datalink system Sonar Thales Kingklip medium frequency active/passive ASW hull mounted sonar Komunikasi elektronik Thales/Signaal FOCON Sistem Pengecoh: TERMA SKWS Platform integrasi utama: Imtech UniMACs 3000 Integrated Bridge System |
Persenjataan | 2 x 4 rudal anti-pesawat MBDA Mistral TETRAL 4 rudal permukaan MBDA Exocet MM40 block 2 76 mm Oto-Melara kanon utama 2 x 20 mm Vector G12 kanon ringan 2 seluncur torpedo B515 tipe 3A 244S Mode II/MU 90 |
Sejarah
Pembuatan
Kontrak pembelian dan pembuatan KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin (366) dilakukan pada bulan Januari 2004 dan efektif berlaku sejak 12 Juli 2004. Keduanya dibuat di galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding (SNS), Vlissingen, Belanda.[1]Peletakan lunas KRI Diponegoro dilakukan bersamaan dengan KRI Hasanuddin (366) pada tanggal 24 Maret 2005. KRI Diponegoro diletakkan lunasnya oleh Laksamana Muda Daradjatun Sutisna dan KRI Hasanuddin oleh Komodor Djoko Soerjanto. Upacara dimulainya perakitan kapal dilakukan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada 25 Agustus 2005.[1]
Nama
Menggunakan nama Pangeran Diponegoro, salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berjasa melawan Belanda dalam Perang Jawa 1825-1830. Begitu pula kapal-kapal dari kelas ini, dinamai menurut nama-nama pahlawan nasional, seperti Sultan Hasanuddin, Sultan Iskandar Muda, dan Frans Kaisiepo.Upacara penahbisan nama terhadap KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin dilakukan oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada tanggal 16 September 2006. Penamaan ini, menurut beberapa orang Indonesia yang hadir pada upacara tersebut merupakan lambang yang mewakili Presiden dan Wakil Presiden. Pangeran Diponegoro adalah pahlawan dari Jawa seperti tempat asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hasanuddin mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.[1]
Kapal
Persenjataan
Torpedo
KRI Diponegoro dilengkapi dengan torpedo A 244S Mode 3/MU 90 yang dilengkapi dengan 2 peluncur torpedo tipe B515.[3]Peluru kendali
Dipasang dua tipe rudal di atas kapal ini, yaitu:- Peluru kendali anti kapal: MBDA Exocet varian terbaru MM40 block 2 yang mampu menjangkau target berjarak 180 km.[3]
- Peluru kendali darat ke udara: MBDA Mistral versi terbaru TETRAL. Mistral adalah sistem rudal pertahanan udara jarak pendek, yang dapat digunakan dari berbagai platform, bisa dari kendaraan di darat, kapal, helikopter, bahkan dengan konfigurasi jinjing ala Stinger.[3]
Meriam
Meriam utama di posisi A dipasang Super Rapid OtoMelara 76 mm buatan Italia. Sedangkan kanon ringan tambahan pada posisi B dipasang Auxiliary Gun 2 x 20 mm Vector G12.[3]Persenjataan elektronik
- Sistem manajemen tempur Thales TACTICOS buatan Thales, sebuah perusahan hi-tech Belanda, spesialis dalam bidang disain dan produksi sistem integral untuk komando dan kontrol, sensor dan komunikasi. Sistem ini dikenal dengan nama Combat Management System (CMS). Keunggulan teknologi yang dikembangkan Thales kini menjadi standar pertahanan NATO.[3]
- Data Link: LINK Y Mk2 datalink system
- Komunikasi elektronik: Thales/Signaal FOCON
- Sistem Pengumpan: TERMA SKWS
- Platform integrasi utama: Imtech UniMACs 3000 Integrated Bridge System
Sensor dan elektronis
Radar
Radar utama MW08 3D multibeam surveillance buatan Thales, sebuah radar dengan G-band, yang merupakan famili 3D multibeam jarak menengah (105 km) untuk survei, menentukan sasaran, dan penjejakan. MW08 ini dilengkapi dengan teknologi radar termutakhir yang pendeteksiannya serba otomatis. Radar ini juga dilengkapi dengan kontrol tembak untuk mengendalikan senjata terhadap sasaran permukaan. Ini juga diperkuat dengan radar kontrol tembak LIROD Mk2.[3]Sonar
Thales Kingklip frekuensi menengah aktif/pasif ASW hull mounted sonarTenaga penggerak
Kapal kelas sigma ini dilengkapi dua buah mesin diesel V28-33D STC (sequintial turbo charging) diproduksi oleh MAN Diesel (Jerman) berkonfigurasi V 20 silinder. Mesin berkekuatan 8900 kW ini masing-masing menggerakan sebuah baling-baling yang bisa diatur kemiringan bilahnya melalui sebuah gir pengurang putaran satu tingkat. Mesin berbobot 46 ton ini berukuran panjang x lebar x tinggi = 7330 x 2100 x 3180 mm.Penugasan
2007
- 2 Juli, Bertempat di galangan kapal Royal Schelde, Belanda, KRI Diponegoro secara resmi diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Departemen Pertahanan untuk selanjutnya diserahkan kepada TNI Angkatan Laut.[4] KSAL sekaligus melantik pula komandan pertama kapal tersebut yang dijabat oleh Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah.[5]
- 8-11 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Riyadh, Arab Saudi dimana awak kapal melakukan bekal ulang logistik serta melakukan ibadah umrah ke Mekkah. Selanjut tanggal 11 Agustus, kapal melanjutkan pelayarannya ke Djibouti.[6]
- 30 Agustus, KRI Diponegoro tiba di perairan nusantara dan disambut oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto di atas kapal KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) yang berlayar di Selat Sunda. Selain itu didampingi oleh KRI Patimura, KRI Teuku Umar dan KRI Lemadang.[7]
- 31 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Dermaga 115, Tanjung Priok, Jakarta Utara.[8] Kedatangan kapal perang jenis korvet kelas Sigma disambut langsung oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Agus Suhartono, SE bersama Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Moechlas Sidik, Kepala Staf Koarmabar Laksma TNI Budhi Suyitno, Komandan Lantamal III Laksma TNI Moch. Jurianto serta sejumlah pejabat teras Koarmabar lainnya.[7]
- 17 September, diadakan peresmian KRI Diponegoro dan KRI DR Soeharso (990) di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang dengan mengundang ahli waris dari kedua pahlawan nasional tersebut.[9]
- 13 Desember, KRI Diponegoro melakukan latihan perang di Laut Balikpapan dan pertama kalinya menembakkan meriam Oto-Melara 76 mm. Latihan ini melibatkan pula 15 KRI lainnya.[10]
2009
- April - 20 Oktober, KRI Diponegoro menjadi bagian dari Garuda XXVIII-A tergabung dalam Satuan Tugas Maritim (Maritime Task Force/MTF) UNIFIL, di bawah komando Comander Task Force (CTF 448) yang bertugas di Lebanon.[11]